Rabu, 27 Oktober 2010

DUNIA KERJA LYA (cerpen ke-2)

Lanjutan "Senyuman dibalik Helm"

            Hari ini waktunya kunjungan klien. Ku pilih beberapa baju yang cocok untuk kupakai hari ini. Baju yang kira-kira cocok untuk bertemu klien. Baju yang bisa dibawa formal tapi terlihat nyatai. Ah..aku bingung...sudah beberapa baju yang aku coba. Kalau kaca di kamar kostku bisa bicara, mungkin dia akan bosan melihatku bergaya depan kaca dengan beberapa baju tapi tak ada satu pun yang jadi kupakai. Fuiiih...

            Setelah sekian lama waktu kubuang hanya untuk memilih pakaian, akhirnya aku memilih juga. Ku tentukan pilihanku pada bajuku berwarna gading kecoklat-coklatan. Baju itu terlihat nyantai tapi bisa dibawa formal. Baju itu dijahit sendiri oleh ibuku. Aku masih ingat saat ibu merancang modelnya lalu meminta pendapatku. Setelah aku setuju, lalu ibu jahit dengan sangat hati-hati. Oh...ibu selalu ingin yang terbaik untuk anaknya. Aku juga ingin seperti ibu yang bisa menjahit, agar aku bisa merancang dan menjahit baju yang aku mau sendiri. Tapi, entah mengapa selalu aja ada halangan untukku belajar menjahit, sehingga keinginanku itu belum juga kucapai.

              Tepat pukul sembilan aku tiba di kantor. Sebuah kantor yang cukup sederhana. Tidak seperti beberapa gedung kantor bertingkat yang menjulang tinggi yang ada disamping kiri dan kanannya. Kantorku lebih sederhana. Kantorku hanya terdiri dari tiga lantai. Lantai satu tempat resepsionis dan ruang menerima tamu. Lantai dua ruang kerja tiap orang, tidak banyak ruangan, karena memang karyawan dikantorku adalah team jadi tak banyak. Dilantai dua juga ruangan bos letaknya. Sedangkan lantai atas adalah ruangan rapat. Sangat sederhana bukan?? yah...itulah kantorku. Kantor tempatku bekerja tidak hanya untuk mencari  uang, tapi juga mencari pengalaman dan ilmu baru. Kantor yang sangat aku cintai karena suasana kekeluargaan yang sangat akrab didalamnya. Walaupun sangat sederhana...tapi jangan salah...dari kantor yang sangat sederhana inilah tercipta berpuluh-puluh juta keuntungan. Bukan hanya bagi kami pegai kantor tapi juga bagi keuntungan klien kami.

            Saat aku tiba, kantor masih terlihat sepi, mungkin jalanan yan gmacet membuat mereka terlambat. Aku yang tinggal ngekost tak jauh dari kantor tidak pernah merasakan kemacetan itu. Aku berjalan keruanganku, Ruangan yang sangat sederhana, yang didalamnya hanya ada meja, kursi tempat aku duduk, dua kursi didepan mejaku dan satu rak buku berukuran sedang yang terletak dibelakang kursi dudukku.

              Tok...tok...tok....
              Tiba-tiba pintu ruanganku ada yang mengetuk tak lama setelah aku masuk.
              "Yah silahkan masuk...."
              "Selamat pagi, Mbak...assalamu'laikum"
              Tiba-tiba dari balik pintu muncul Ary. Dia adalah pengatur jadwal klien yang harus ditemui setiap harinya oleh masing-masing konsultan yan gada dikantor ini.
              "Wa'alaikumsalam...selamat pagi, Ry..."
             "Ini jadwal klien yang harus Mbak temui hari ini beserta alamatnya." Ary menyerahkan satu map padaku.
              "Oh...iya Ry, makasih ya..."
              "Iya Mbak, sama-sama..."
              "Eh iya Ry, Pak Doni sudah datang belum yah?"
              "Belum Mbak, kayanya masih dijalan tuh"
              "Hari ini saya pergi sama Pak Doni kan?"
              "Iya Mbak, nanti Mas Yanto yang nganternya"
              "Okedeh...makasih ya"
              "Iya, mari Mbak permisi....assalamu'alaikum"
              Ary keluar dari ruangan.

              ###

            Mas Yanto, supir kantor, menyiapkan mobil. Lalu aku dan Pak Doni pun menuju tempat klien. Hari ini aku baru pertama kali bertemu klien ditempatnya. Maklum aku baru satu bulan ini bekerja disini. Sebelumnya aku bekerja disebuah katering makanan khusus diet dikawasan Sukabumi. Selama satu bulan ini  aku baru belajar beberapa file klien yang sudah pernah bergabung dengan kami sebelumnya.

            Perusahaan kami adalah perusahaan jasa konsultan katering. Perusahaan yang memberikan konsultasi pada pengusaha kulineri yang memiliki masalah dalam usahanya, baik dalam manajemenya, SDM nya, sistem penjualannya, menu yang ditawarkan dan sebagainya. Contohnya saja Anugerah Restauran. Restauran yang terkenal dan memiliki banyak cabang itu, menggunakan jasa kami saat ada salah satu cabangnya yang mengalami masalah dengan manajemennya. Sehingga kami melakukan perekrutan manjemen oprasional yang kami latih dan posisikan dicabang Anugerah Restauran tersebut untuk memperbaiki keadaan. Kami pun ikut mengawasi kemajuan dan setiap stiap perubahan yang terjadi disana.

            Contoh lain Mawar Katering. Sebuah katering besar yang mengadakan penyediaan makanan bagi salah satu pabrik swasta besar di Bandung, memeitna kami untuk memberikan pelatihan HACCP pada setiap karyawannya. Selain itu, masih bayak klien kami lainnya yang pernah bergabung. Selain di Bandung, klien kami pun banyak yang berasal dari luar kota maupun luar propinsi. Sehingga kami sering keluar kota untuk bebrapa hari menemui klien dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

             Tak sampai setengan jam perjalanan, kami pun sudah sampai di tempat klien. Karena tempat klien kami saat ini kebetulan tidak jauh dari kantor. Klien kami ini adalah Mie Kocok Si Jago. Sebuah warung  mie kocok yang cukup besar. Tapi masih memeiliki sedikit pelanggan.

             Ketika kami masuk, warung itu nampak sepi. Hanya ada sepasang muda mudi yang sedang lahap menyantap semangkuk mie kocok. Ketika kami bertanya tentang Pak Yogi, sang owner, seorang karyawannya bilang bahwa beliau sedang keluar sebentar dan akan segera kembali. Maka kami putuskan untuk menunggu sambil duduk di salah satu meja konsumen yang ada disana.
            
             Pak Doni, salah satu konsultan diperusahaan kami, sama sepertiku, melihat beberapa menu mie kocok yang ada, nampaknya dia tertarik untuk mencobanya sambil menunggu.
             "Kita cobain dulu yuk, Ly?"
             Pak Doni lalu memberikan menu itu padaku. Aku lihat beberapa. Cukup menarik juga. Kebetulan tadi pagi aku hanya sarapan sebungkus roti kecil. Jadi sekarang sudah merasa keroncongan lagi.
             "Bapak pesan yang mana?"
             Pak Doni menunjuk menu yang akan dipesannya.
             "Lya yang ini aja deh"
             Ku tunjuk menu yang aku pilih.

             Pak Doni memanggil pelayan dan memesankannya. Tak lama pesanan kami pun datang. Kami segera menikmatinya. Hmmm...cukup enak. Tapi rasanya sama saja dengan mie kocok yang lainnya tak ada yang instimewa. Hanya tempatnya saja yang berbeda. So...Mie Kocok Si Jago...apanya yang jago???

             Mie kocok yang kami pesan sudah habis. Tapi Pak Yogi klien kami belum juga muncul. Pelayan pun datang meminta izin untuk mengambil mangkuk-mangkuk kotor di meja kami. Ku ambil buku ditasku, untungnya tadi aku sempat menyelipkan buku bacaan dalam tas. Jadi saat seperti ini bisa menolongku agar tak bengong.

             Pak Doni tiba-tiba berdiri. Nampaknya yang kita tunggu sudah datang. Aku memang duduk membelakangi pintu masuk, jadi aku tak tahu siapa saja yang memasuki toko. Lalu aku pun berdiri dan membalikkan badan. Aku sangat terkejut melihat sosok Pak Yogi. Aku kira panggilan 'pak' menunjukkan kalau sosok itu sudah tua tapi kali ini aku salah. Pak Yogi sang owner Mie Kocok Si Jago itu masih muda. Umurnya mungkin sekitar dua puluh tujuh atau dua puluh delapanan. Masih muda sudah mempunyai usaha sendiri, hebat. Diam-diam aku tertarik untuk mencoba buka warung juga.

            Tak banyak basa-basi, Pak Doni dan aku langsung berbicara soal kerja sama kami. Lebih tepatnya Pak Doni yang berbincang. Aku hanya banyak diam dan mencatat poin-poin yang penting, karena pertemuan pertama dengan klien ini aku memang hanya bertugas memperhatikan cara kerja senior agar suatu saat aku bisa dilepas tanpa contoh. Setelah Pak Yogi menyampaikan masalah yang ada pada usahanya, kami pun pamit pulang agar kami bisa segera menyusun rencana dan strategi penyelesaian apa saja yang harus Pak Yogi lakukan dalam usahanya. Sebelum pamit, kami berniat akan membayar mie kocok yang tadi kami pesan. Tapi Pak Yogi mencegah, "Udah gak usah Pak, anggap saja itu sampel buat Bapak dan Mbak biar bisa mencicipi produk kami. Sehingga kalo nanti ada perbaikan bisa dimasukkan pada kerja sama kita." Alhmadulillah dapat makan gratis. Hehe...

             ###

            Mas Yanto menjalankan mobil dengan pelan. Diluar hujan sangat deras. Untungnya hujan itu turun disaat aku dan Pak Doni sudah naik mobil. Ku tengok hujan diluar dari jendela mobil. Deras sekali turunnya. Trotoar jalan dipenuhi oleh orang-orang yang ikut berteduh. Mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Kasian mereka. Mungkin mereka ingin segera sampai ditempat tujuan tapi hujan deras menghalangi. Kulihat mereka satu-satu. Basah dan kedinginan. Tiba-tiba mataku tertuju pada satu orang. Nampaknya aku mengenalnya. Baju dan jaket yang dikenakannya basah. Aku tatap orang itu baik-baik. Dia berteduh bersama orang-orang didepan sebuah toko yang sedang tutup. Lengan kananya memegang helm yang juga basah terkena hujan. Yah...aku memang mengenalinya.


TO BE CONTINUE....

Selasa, 19 Oktober 2010

MENGASAH KARYA DENGAN SEBUAH CERITA (cerpen karanganku)

SENYUMAN DIBALIK HELM

" Malam senin besok kita makan diluar yuk! " ajak Teh Cit. 
Citra namanya. Karena umurnya yang berjarak dua tahun lebih tua dariku jadi aku panggil teteh. Teh Cit, itu panggilannya olehku. Dia salah seorang teman kostku. Perkenalan kami dimulai saat aku mau salat dikamar yang baru saja aku tempati. Karena aku tak tau arah kiblat di kostan yang baru saja aku injak itu, jadi kuputuskan untuk mengetuk pintu kamar yang ada disebelah kamarku. 
" Yah..ada apa ya? " tanya seorang perempuan berkulit putih ketika membukakan pintu.
" Maaf ganggu, kenalkan saya Lya anak kost baru." Ku ulurkan tangan dan disambut hangat oleh tangan putih perempuan itu. "Saya mau sholat tapi bingung kiblatnya ke arah mana yahc? " ucapku menanyakan maksud dan tujuanku.
" Oh..saya Citra. Saya juga baru pindah kemarin siang. Kiblatnya kearah sana. " sambil menunjuk arah kiblat.
Sejak saat itu kita semakin akrab. Mungkin karena kita sama-sama anak baru di kostan itu. Awalnya dia memanggilku teteh. Tapi saat tau aku lebih muda lalu dia memanggilku Lya. Dia bekerja di salah satu bank swasta di kota Bandung. 
" Makan dimana teh?"
" Itu di kafe dekat perempatan jalan. Disana harganya murah-murah lho. " 
Begitu mendengar kata 'murah' aku langsung tertarik. Maklum anak kost memang harus berhemat dan pandai memenej keuangan. Jadi tak salah kalo anak-anak kost sangat antusias mendengar kata 'murah'. 
" Wah boleh tuh "
" Malem Senin besok yahc! "
" Okedeh."

                       ###

Malam Senin pun tiba. Setelah salat magrib, aku pun bersiap untuk pergi. Untungnya malam ini tak hujan, sehingga kami bisa pergi sesuai rencana. Padahal malam-malam sebelumnya hujan selalu turun membuat suasana malam terasa dingin sehingga berteman dengan selimut terasa lebih nyaman dari pada berjalan keluar.
" Ini lho tempatnya." ucap Teh Citra ketika kami sampai di tujuan. Tempat yang cukup nyaman. Tapi tak sesuai dengan bayanganku. Karena ketika aku mendengar Teh Citra bilang 'kafe', yang terpikir olehku adalah sebuah tempat yang mewah atau setidaknya sebuah toko. Tapi ini tidak, tempat di pinggiran jalan hanya ada dua gerobak dengan tenda dan beberapa meja dan kursi. Tempat yang sangat sederhana tapi cukup nyaman untuk makan dan mengobrol.
" Lumayan kan buat tempat nongkrong " ucap Teh Citra ketika melihat mimik muka ku yang sedikit aneh ketika melihat tempatnya.
" Iyah, lumayan juga."
" Tempatnya nyaman kan? " Teh Citra bertanya untuk memastikan aku merasa nyaman di tempat yang dia pilih itu.
" Iyah "
            Setelah memilih meja yang nyaman untuk kita makan, kami memilih beberapa menu yang ada di kertas menu yang di laminating dan diletakan disetiap meja yang ada. Sebelum memesan makanan, hal pertama yang kita lihat adalah harga tiap makanan yang ada. Yah..namanya juga anak kost. Pasti harga murah sangat dominan untuk menjadi pilihan. Harga disana memang benar kata Teh Citra cukup murah. Harga segelas jus alpukat yang biasa ditempat lain paling murah Rp.6000,- saja, disini harga segelas jus alpukat hanya Rp.3000,-. Akhirnya setelah memilih dan mempertimbangkan harganya kami pun memesan nasi goreng dan jus alpukat. Tak lama pesanan pun datang. Segera kami melahap makanan yang ada di depan mata itu. Karena saat itu perut kami memang terasa sangat kosong. Sehingga membutuhkan masukkan makanan dengan segera. Tak sampai 10 menit, nasi goreng dipiringku sudah habis semua. Karena rasanya perutku memang sangat lapar malam itu.
" Ly, setelah ini kita mampir ke toserba sebentar yuk! "
" Toserba??malem-malem gini???" kulihat jam warna hitam di tangan yang belum lama ku beli itu. Jarum pendeknya berada diantara tujuh dan delapan sedangkan jarum panjangnya menunjukkan angka enam. Setengah delapan malam. 
" Iyah, sebentar ajah....ada beberapa yang harus ku beli ada temen juga yang nunggu disana, gimana? "
" Oh ya udah kalo gitu."
Setelah menghabiskan semua pesanan dan membayarnya. Kami langsung menuju toserba yang letaknya tak jauh dari kafe tempat makan tadi.
               
                 ###

" Mau belanja gak, Ly? "
" Hmmm....kyanya enggak deh, keuangan sudah cukup menipis...hehe"
" Teteh mau beli apa aja neh?"
" Biasa deh keperluan sehari-hari gitu....sabun cuci udah gak punya neh."
" Oh...eh teh, katanya mau ada temennya, mana?"
" Eh iya ya, mana neh...kok tuh orang belum nongol juga." 


            Teh Citra melempar matanya kesana kemari. Mencoba mencari teman yang dia tunggu. Aku pun berusaha membantu walaupun aku gak tau temannya Teh Cit itu yang mana. Tapi yang penting aku berusaha menjadi teman yang baik, yang berusaha membantu teman yang sedang kesulitan dalam mencari orang. Walaupun hanya sekedar formalitas belaka. hehe...

" Nyari orang yah, Mbak? " tiba-tiba seroang lelaki mengagetkan dari belakang kami.
" Uuh...dasar! " Teh Cit mencubit lelaki itu. Nampaknya itulah teman yang dimaksud. Diam-diam kupandangi lelaki itu. Dari atas sampai bawah. Laki-laki dewasa dan sepertinya umurnya sekitar dua puluh delapan atau dua puluh sembilanan yah sekitar tujuh tahun lebih tua dariku.
" Oya...Ly, kenalkan..." Teh Cit menunjukku pada temannya.
Ku satukan tangan dari kejauhan dan tersenyum ke arah temannya Teh Cit sambil menyebutkan nama "Lya".
Awalnya lelaki itu bersiap untuk mengulurkan tangannya. Tapi ketika melihatku yang hanya memberikan isyarat bersalaman jarak jauh dia pun mengikuti sambil membalas senyumku dan juga menyebutkan nama "Tyo". Lalu kami melanjutkan belanja. Lebih tepatnya Teh Cit yang melanjutkan. Karena aku hanya menemaninya, tidak ikut berbelanja.

            Tak lama, muncul dua orang lelaki ke arah kami. Dua lelaki itu rupanya juga teman Teh Cit. Umur mereka nampaknya sama-sama lebih tua dariku. Tapi nampak lebih muda dari teman yang pertama tadi. Tak lupa Teh Cit juga memperkenalkan mereka padaku. Kulakukan salaman jarak jauh yang tadi kulakukan sebelumnya, tak lupa ku ucapkan nama. Tak beda jauh dari kejadian tadi. Mereka pun tampak kikuk melihat caraku bersalaman. Tapi mereka menghargai dengan melakukan hal yang sama dengan yang ku lakukan. Anta dan Dian, itu nama mereka.

           Rupanya mereka juga berniat untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari. Jadi kami pun berkeliling bersama-sama. Saat itu yang membuatku sedikit kesal, karena pemilihan dalam belanjanya dilakukan sangat lama. Kalo perempuan lama dalam memilih mungkin itu wajar dan biasa. Tapi ini, bukan Teh Cit yang lama tapi Kang Dian. Dia berniat membeli beberapa kosmetik muka untuk laki-laki. Karena belum tau mau beli merk apa jadi dia sempat bertanya pada beberapa SPG yang ada tentang produk apa yang sesuai untuknya. Mukanya memang sedikit berjerawat dari pada yang lainnya. Jadi wajar saja kalo dia ingin tampil lebih bersih.

" Mbak, kira-kira produk apa ya yang cocok buat muka saya?" tanya Kang Dian pada SPG sebuah produk kosmetik laki-laki yang ada disitu.
" Oh...ini boleh di coba mas " ucap SPG itu sambil mengambil beberapa produk dagangannya. "Ini bagus untuk muka yang berjerawat, membersihkan dan bla bla bla" selayaknya orang yang berjualan, SPG itu berusaha membuat Kang Dian tertarik akan produk yang ditawarkannya.
" Oh gitu ya....terus kalo bedanya sama ini apa, Mbak? " tanya Kang Dian sambil mengambil bebrapa produk yang ada disebelah produk yang SPG tadi tawarkan.
" Kalo ini untuk membersihkan kalo yang ini untuk merawatnya, Mas."
" Kalo yang ini buat apa?" lagi lagi Kang Dani menanyakan.

            Huuuh...benar-benar membuatku BeTe. Laki-laki kok banya tanya seh...bukannya langsung beli beli aja...udah tau udah malem neh.... gumamku dalam hati. Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Rasaya sudah cukup malam untuk bertanya-tanya. Aku hanya mendengus mendengar pertanyaan-pertanyaan itu dari kejauhan. Teh Cit terlihat sedikit kesal juga menunggu, tapi dia bisa ngobrol dengan Kang Anta. Sedangkan aku?? ah aku baru mengenal mereka. Mana mungkin bisa ngobrol enak.
" Ini bisa mendatangkan uang juga gak, Mbak?" canda Kang Tyo tiba-tiba memotong kata-kata SPG yang sedang memberikan penjelasan pada setiap pertanyaan yang Kang Dian lontarkan. Nampaknya Kang Tyo juga sudah cukup bosan menunggu temannya bertanya-tanya terus.
" Wah yang jelas ini bisa menghabiskan uang Mas karena harganya yang cukup mahal." jawab SPG dengan sedikit tertawa. Kami pun yang mendengar ikut tertawa.

           Akhirnya, mereka menuju kassa. Saat yang paling ku nantikan. Kulihat jam ditangan, pukul menjukkan sudah setengah sepuluh lebih lima belas menit. Ya ampuuuun...baru kali ini jam segini aku masih keluyuran di toserba kaya gini. Beberapa tempatpun sudah sepi pengunjung. Mereka sudah bersiap untuk tutup. Termasuk toserba yang aku kunjungi ini. Bagian informasi sudah koar koar menyuruh kita keluar secara tidak langsung. Kulihat Teh Cit dan teman-temannya sedang melakukan pembayaran di kassa. Saat ini aku yakin salah satu dari teman Teh Cit itu adalah teman spesialnya alias pacar. Dan aku yakin orang itu adalah Kang Tyo. Hal ini aku yakini karena aku lihat Kang Tyo sangat perhatian sekali dengan Teh Cit. Saat Teh Cit merasa kelelahan mengambil keranjang belanjaan, dengan senyuman Kang Tyo mengambil keranjang belanjaan Teh Cit. Saat Teh Cit cemberut karena merasa kesal menunggu Kang Dian bertanya-tanya tadi, Kang Tyo pun menghiburnya dengan leluconnya yang lucu. Dan sekarang setelah pembayaran pun Kang Tyo membawakan belanjaan Teh Cit. Hmmmm....lucunya... gumamku dalam hati.

Teh Cit, menghampiriku dengan muka cemberut.
" Lho kok cemberut gitu seh Teh...bukannya seneng dibawain juga barangnya."
" Abis mereka gak mau nganterin kita pulang."
" Whaaaaaaaaaaattttttt?????" aku bener-bener kaget mendengarnya. Mungkin aku sekdikit berteriak. Gimana tidak, aku rela menunggu walaupun sudah larut malam, karena aku yakin kalo kami akan dapat tumpangan pulang. Masa iyah laki-laki tega melihat perempuan pulang pake kendaraan umum semalam ini. Tapi buktinya...kami tetap harus pulang sendiri semalem gini. Kalo tau seperti ini mending dari tadi aku pulang aja deh. " Beneran neh teh??" kucoba meyakinkan diri. Aku harap Teh Cit hanya bercanda dengan ucapannya tadi.
" Gak tau tuh...bete, mereka malah mau makan ke kafe yang tadi kita makan."
" Masa iyah seh Teh, kita disuruh pake kendaraan umum semalam gini."
Lagi-lagi aku melihat jam tangan. Sesuatu yang sering banget aku lakukan saat ini. Jamku menunjukkan pukul sepuluh malam. OheMGi...ingin rasanya aku marah dan teriak-teriak saat itu. Tapi ku coba mengendalikan emosi yang berkecimuk dihati. Aku berharap ada keajaiban datang.
" Kayanya kita gak bisa nganter deh..." tiba-tiba suara Kang Tyo mengagetkan dari belakang.
" Kok gitu seh...bete ah." Teh Cit memanyunkan mulutnya.
" Kalian pake angkot aja yahc!"
" Huuuu..." Teh Cit tambah manyun ajah.
Aku juga ikut cemberut, tapi tak bisa berkata apa-apa, toh...aku belum mengenal mereka sebelumnya jadi gak enak kalo tiba-tiba saja aku protes.
" Jangan cemberut gitu dong ibu-ibu..." ucap Kang Tyo yang tersenyum melihat aku dan Teh Cit yang cemberut manyun. " Saya kan cuman bercanda...." tambahnya lagi dengan senyumnya yang semakin lebar.
" Ah...dasar bisa aja!" cubit Teh Cit. Kang Tyo sedikit mengelak walaupun kedua tangannya sibuk memegang belanjaan Teh Cit.
" Mana tega kita melihat kalian wanita pulang sendirian malem-malem gini"
" Hehe..." aku dan Teh Cit mulai tersenyum mendengar jawaban itu.
Syukurlah akhirnya kami tak jadi pulang naik umum. Yang bener ajah masa iyah jam segini kami perempuan masih keluyuran pake umum...gimana kalo ada apa-apa dijalan nanti.???dunia malam kan sangat menakutkan.....na'udzubillah!!!

            Kami menunggu depan toserba. Kata Teh Cit Kang Tyo sedang mengambil kendaraan. Tak lama Kang Tyo datang dengan motor ninja hijaunya. Aku sempat heran melihatnya. Awalnya aku kira mereka membawa mobil. Jadi aku sempat membayangkan mobil apa nanti yang muat membawa kita berlima. Eh ternyata bayanganku itu ngaco. Aku tak melihat Kang Dani dan Kang Anta. Jangan-jangan kita bonceng dua neh..ah tidaaaaaaaak!
" Teh...jangan bilang kita bonceng dua"
" Ya enggaklah...mana mau...yang lain juga kan nanti pada bawa motor masing-masing."
" Oh...kirain...syukurlah kalo gitu."
Akhirnya pikiranku pun tenang.
" Eh Teh...nanti Lya dibonceng siapa?"
" Siapa aja boleh....yang mana aja pilih..." kali ini Teh Cit tersenyum sedikit meledek.
" Ah...teteh seriusan neh, nanti Lya dibonceng siapa???"
" Eh...beneran Lya...pilih aja maunya sama siapa..."
" Pilihin aja dong teh...masa nanti pilih-pilih seh, kan malu..."
" Hahaha..." Teh Cit tertawa mendengar jawabanku. Lalu dia mendekati Kang Tyo.
" Lya nanya tuh...nanti dia dibonceng siapa katanya..."
" Hehehe....pilih aja sendiri Ly, pada jomblo kok semuanya...Lya free kan?"

Hah...aku tak mengerti dengan pertanyaan itu.
" Free???freedom maksudnya???simpati freedom!" jawabku
" Hmmm...maksudnya single kan?"

            Waduh aku bingung dengan pertanyaan itu. Aku memang single belum menikah dan belum punya pacar. Lebih tepatnya tidak tertarik untuk punya pacar. Bukan karena aku tidak normal, tapi karena aku tidak tertarik untuk melakukan hubungan pacaran yang menurutku didalamnya hanya ada sandiwara dimana setiap orang menutupi sifat aslinya demi terlihat manis di depan sang pujaan hati. Banyak orang menilai pacaran itu untuk saling mengenal pasangan sebelum menikah. Tapi menurutku, pacaran itu justru banyak dibumbui kebohongan. Setiap orang pasti ingin terlihat baik didepan pacarnya. Mana mungkin seorang pacar marah, kasar atau terlihat jelek depan kekasihnya. Ya walaupun mungkin sebagian kecil ada yang seperti itu. Jadi mana mungkin pacaran bisa dijadikan proses perkenalan sebelum menikah menurutku. Aku memang tidak berniat punya pacar, tapi aku berniat mempunyai seorang calon suami. Calon suami yang baik dan bisa menjadi imam yang baik buat masa depanku. Aku memang mempunyai cita-cita untuk menikah muda. Tapi saat ini aku belum punya bakal calon yang bisa kujadikan calon suami. 
" Hehe..." aku hanya tertawa kecil ketika Kang Tyo bertanya seperti itu.
" Iya kan...?" tanya Kang Tyo pada Teh Cit mencoba untuk meyakinkan tebakannya.
" Tau deh...tanya aja sendiri..." jawab Teh Cit dengan tersenyum penuh arti.
Lalu Kang Tyo memandangku sambil tersenyum dan mengangkat halisnya.
Ah...aku gak tau apa sebenarnya yang ada dipikiran Teh Cit dan Kang Tyo..apa yang mereka rencanakan sebenanya. Aku melihat mata mereka seperti mempunyai sebuah rencana yang tak aku ketahui.

            Tak lama...Kang Dian dan Kang Anta pun datang. Kang Dian memakai motor ninja berwarna merah marun, sedangkan Kang Anta memakai motor bebek honda, entah apa warnanya  suasana malam dan cahaya lampu yang menyorot dari lampu motornya membuatku tak bisa melihat warna motor itu. Masing-masing memakain helm full face. Aku pandangi kedua motor itu. Ninja...mungkin kebanyakan wanita senang kalo dibonceng pake motor ini karena terlihat keren tapi tidak denganku. Aku paling gak suka dibonceng pake motor ninja. Tau kenapa....??? karena motor ninja itu tinggi dan untuk menaikinya butuh pegangan...mau tidak mau harus meminjam pundak sang pengendara di depan  untuk naik. Atau kalo emang bisa pegangan kejok lalu naik, tapi itu susah. Dan aku paling gak mau buat pegang ke cowo yang bukan muhrim. Jadi aku pasti gak akan milih motor ninja untuk ku naiki.
" Nah tuh....tukang ojeg sudah dateng...silahkan mau pilih yang mana..." ledek Kang Tyo.
" Karena Lya gak bisa naik ninja....jadi Lya pilih yang bebek aja deh..."
Sedikit malu-malu aku berjalan ke arah Kang Anta. Gimana gak malu coba...secara aku baru kenal malam ini, dan tadi selama ditoserba kita hanya berdiam diri tak saling bertegur sapa tapi sekarang aku malah numpang dibalik badannya. Duuuh...malu pisaaaaaaaaaan.
" Punteun yah Kang..." ucapku berbasa basi sambil naik motornya.
" Iyah mangga gak apa-apa..." ucapnya dibalik helm full face nya.
Diperjalanan aku kaku sekali. Rasanya aku ingin berbasa basi untuk mencairkan suasana, tapi apa...kali ini aku benar-benar kikuk.
" Kerja di bank juga?" tiba-tiba saja suara kekar itu terdengar dari balik helm
" Oh...em...bukan...di konsultan, Kang dimana? " agak sedikit kikuk juga aku mengucap kata 'kang' karena aku takut orang itu tak terbiasa mendengarnya. Habisnya aku bingung mesti memanggil teman-teman Teh Cit itu dengan panggilan apa. 'Mas' rasanya bukan khas sunda jika kupilih itu. Jadi kuputskan untuk menyebut mereka dengan panggilan 'kang'.
"Kerja di bank...sama dengan Citra, tapi beda lokasi bank nya."
"Oh.., sudah lama kerja disana?"
"Lumayan, sudah enam tahun..."
"Wah betah juga yah disana.."
"Hehehe..."
Enam tahun!. Pikiranku langsung melayang mendengar kata itu. Kerja sudah enam tahunan, belum lagi kuliah mungkin sekitar tiga atau empat tahunan...lalu sejauh apakah perbedaan umurnya denganku?? yah...mungkin aku memang sangat muda dibandingkan mereka semua. Waktu Kang Anta itu tau aku baru lulus kuliah tahun kemarin dia begitu terkejut. Yah...mungkin dia tidak menyangka kalo orang yang ada dibelakangnya ini masih sangat ABG dibandingkan mereka.
"Makasih yah...." ucapku ketika sudah sampai depan kostan.
"Sama-sama...."
Teh Cit berbincang sebentar dengan yang lainnya. Aku hanya mendengarkan dan sesekali melihat HP barangkali ada SMS yang masuk.
" Kapan-kapan..kita boleh jalan-jalan bareng lagi kan neh, Ly" ucap Kang Tyo padaku. Semua mata seolah tertuju padaku. Mereka menunggu jawabanku. Apakah mungkin mereka semua juga berharap kalo aku bisa ikut mereka jalan-jalan lagi?? ah entahlah...yang jelas aku hanya tersenyum mendengar ucapan Kang Tyo tadi.
"Jangan kapok lho....kapan-kapan kita bisa jalan-jalan biar rame nonton atau kemana gitu"
"Hmm boleh-boleh aja seh...kalo gratis mah..." tiba-tiba Teh Cit menjawab. "ya gak Ly?"
"Hehe...iyah..." jawabku malu-malu.
"Boleh gak tuh...??" tanya Kang Tyo pada yang lainnya. Yang lainnya hanya tersenyum.
"Nanti bisa ada gosip baru neh..." tiba-tiba Kang Tyo berkata seperti itu. dan melirik ke arah Kang Anta dan Kang Dian. Teh Cit hanya senyum. Aduh...kok perasaanku jadi gak enak neh mendengar kata-kata itu.
"Ya udah neh dah malem....cepet masuk kalian...assalamu'alaikum" kata Kang Tyo.
Yang lain pun mengucap salam. Aku melihat Kang Anta tersenyum dibalik helm full face yang kacanya terbuka itu dan menganggukan kepala tanda meminta pamit. Sangat sopan.

                              ###

              Setelah cuci muka dan mengganti baju dengan baju tidur, aku langsung menyerbu kasur busa tanpa ranjang yang ada di kamar kostku itu. Sebelumnya tak lupa aku matikan lampu. Hmmm...rasanya hari ini capek sekali karena dari pagi sampai malam aku beraktifitas diluar, jadi rasanya tidurku malam ini akan terasa nyenyak. Kurapikan selimut kesayanganku itu...lalu kupejamkan mata. Tapi....tiba-tiba mata ini bangun lagi. Entah mengapa pikiranku melayang jauh....kembali pada kejadian tadi di perjalanan. Aku jadi memikirkan kata-kata Teh Cit dan Kang Tyo, free...gosip....ditambah senyuman penuh arti mereka..ah apa maksudnya aku benar-benar tidak mengerti. Tiba-tiba saja aku membayangkan sesuatu. Sebuah senyuman. Manis!.

* TO BE CONTINUE *




Rabu, 06 Oktober 2010

CARI KERJA

Kuliah lulus. Wisuda udah. Gelar punya. Kerja??? belum !!!. Apalah guna !!! itulah yang terpikir dibenakku saat semua urusan perkuliahan telah kuselesaikan. Malu rasanya hanya berdiam diri dirumah tanpa punya kerjaan. Jika aku mau keluar rumah, aku pasti butuh uang. Lalu dimana aku bisa dapatkan uang???Toh aku bukan anak kecil lagi yang hanya bisa meminta pada orang tua. Walaupun aku tau tanpa diminta pun mereka pasti akan memberikan apa yang aku mau. 

Membuat surat lamaran kerja dan mengirimkannya kebeberapa perusahaan makanan ataupun rumah sakit sudah aku coba. Mungkin sekitar 10 lamaran yang sudah aku kirim keberbagai jenis instansi, walaupun lebih banyak instansi perusahaan dibandingkan rumah sakit yang aku kirim. Karena jujur, aku tak pandai teori akademik yang berhubungan dengan penyakit dan itu sangat dibutuhkan di rumah sakit, so??? ya hindari melamar rumah sakit. hohoho ( belum kerja tapi udah pilih-pilih ). 

COBA CPNS

Sebenernya seh aku gak punya niat untuk jd PNS, aku ingin jadi wiraswasta. Punya usaha sendiri. Buka cabang dimana-mana. it's nice !. Amin. Tapi orang tua punya harpan besar agar aku jadi PNS juga seperti mereka. So?? apa salahnya tuk mencoba???. Awalnya aku coba mengikuti pendaftaran penerimaan CPNS pusat yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Tapi sebelumnya aku harus punya SKCK dan Kartu Kuning yang dikeluarkan depnaker. SKCK terakhir aku punya saat awal kuliah dulu, karena itu salah satu dokumen persyaratan. Secara gitu lho awal kuliah itu tahun 2006, jadi SKCK sudah tak berlaku lagi. Terpaksa deh harus mau ngantri bersama berpuluh-puluh orang di kantor polisi untuk memperpanjang. Gak cuman itu, berhubung tahunnya dah kelamaan jadi aku harus mau proses SKCK dari awal, mulai dari keluarahan, kecamatan dsb. Huuufffth :(. 
Akhirnya SKCK pun jadi. Selesaikah masalah?? belum. Kan masih harus bikin kartu kuning. Fwuiiiiih....melelahkan. Kembali harus mengantri dengan berpuluh-puluh orang yang juga punya maksud sama. Untungnya masih puluhan belum ratusan, heu...
SKCK dapat, kartu kuning pun ada. Jadi tinggal melakukan pendaftaran CPNS secara online. Berhubung agak sedikit bingung dengan pengisiannya, jadi sedikit-sedikit aku sms atau telepon teman yang sudah melakukan pendaftaran terlebih dahulu. 

Pengumuman kelulusan tahap pendaftaran pun keluar. Ku coba cari nama ku yang keren diantara deretan nama yang lulus. Dan....OH NO !!!! aku tak menemukannya ! :(
ternyata aku salah memasukan no SKCK, aku hanya memasukkan no urutnya saja tidak secara lengkap. Padahal itu ku lakukan berdasarkan petunjuk teman. Hmmm...pantas saja, wong ternyata temanku saja salah masukkan nomor. Dan semua orang yang bersumber padanya pun tidak lulus tahap pendaftaran. Bagus ! Inilah namanya setia kawan, salah satu salah semua. Hahaha...

Tenang....tak bisa tes di CPNS pusat kan masih ada CPNS daerah. Semua persyaratan aku perhatikan. Dan kali ini aku gak mau salah hanya karena sumber yang salah juga. Aku masukkan untuk lamaran tingkat Tasik kota. Saat aku mampir ke kantor pos untuk mengirimkan lamarannya. Bisik-bisik aku dengar bahwa kita bisa memasukkan lamaran lebih dari satu. Jadi aku masukkan juga untuk daerah kabupaten Tasik. Formasi yang dibutuhkan untuk Tasik kota 2, dan kabupaten 5. Hmmm...sedikit PD aku mengikuti tes CPNS ini, yah mungkin ini memang awal yang tidak baik. Setelah ku dapatkan dua nomor ujian dari kota dan kabupaten, kuputuskan untuk mengambil kota. 

Saat ujian pun tiba, SMPN 3 Kota Tasikmalaya tempat aku ujian. Dengan bekal doa dari orang tua aku berangkat. Bapak hanya mengantarkanku sampai depan gerbang. Selanjutnya aku masuk sendiri. Mencari no ruangan yang ada pada kartu. Sekilas aku lihat dua orang teman kuliah. Mereka melambaikan tangan. Aku dekati dan ternyata ruangan kita sama. "Kok pada ikut yang ditasik seh?" tanyaku pada mereka. Okelah temanku yang satu itu dari Pangandaran dan tahun ini disana memang tidak ada formasi untuk DIII gizi, jadi wajar saja kalo dia masuk Tasik. Tapi temanku yang satu lagi kan dari Bandung, dan Bandung buka formasi. Jadi kenapa mesti nyasar ke Tasik??. 
" Bandung penuh, kebanyakan. Siapa tau aja ditasik masuk."
" Wah...siap-siap kalah aja yahc...ditasik kan mendahulukan putri daerah." ucapku pada mereka. Sebenarnya ucapanku ini bercanda, tapi..... sedikit PD ( ini yang salah )
" Yah...gapapa, namanya juga kan mencoba, kalo memang disini mendahulukan putri daerah ya berarti kami kalah."
Saat itu, hanya 6 orang DIII gizi yang mengikuti tes. Formasi 2. So...1 :3 kemungkinan.

Hari pengumumanpun tiba. Aku memang tidak merasa benar saat mengisi soal. Tapi aku pun tidak merasa susah. Jadi rasa optimis masuk itu ada. Apalagi diantara 6 orang yang mengikuti tes lebih banyak orang luar kota. Rasanya masih begitu pagi ketika orang-orang sekitar rumah membicarakan soal kelulusan CPNS. Embun diluar saja masih banyak. Dimana aku harus membeli koran sepagi itu. Untungnya aku punya tetangga ( itulah gunanya tetangga), entah bagaimana sepagi ini tetanggaku sudah punya koran baru. Aku pinjam dan cepat mencari halaman pengumuman CPNS kota Tasik. Ku gerakan bola mata dengan cepat...atas...bawah...kanan...kiri...dan HUPPP!!! akhirnya dapat juga yang aku cari. Tapi.....TIDAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!!!!! rasanya aku ingin teriak sekeras kerasnya. Tau kenapa?? ah aku tak sanggup untuk mengatakannya. Benar-benar memalukan. Tapi ini memang kenyataan. Tak ada namaku disana. Itu memang menyakitkan tapi yang lebih menyakitkannya lagi.....apa??? dua nama yang tertulis disana adalah nama teman-teman kuliah ku!!!!. GUbraKKKKKzZz!!! OMG.....benar-benar memalukan!. Padahal saat itu dengan PD nya aku bilang " Wah...siap-siap kalah aja yahc...ditasik kan mendahulukan putri daerah."

TAWARAN KERJA

Sedikit menangis dan terdiam. Rasanya aku bukan anak kecil lagi, tapi entah kenapa aku seperti itu. Membuat kedua orang tua bingung harus berbuat apa. Manusia hanya bisa berencana tapi hanya ALLAH SWT yang menentukan. "Belum rizkynya teh, toh teteh memang tidak mau jadi PNS kan? jadi kenapa mesti nangis?". Betul kata orang tuaku. Kenapa aku mesti menangis??? toh hati kecilku memang tidak berminat menjadi seorang PNS. Harusnya seneng dong gak masuk. 

Sebenernya bukan itu yang membuatku terpukul. Sebelum adanya penerimaan CPNS ini, ada beberapa tawaran kerja yang aku dapat. Pertama, tawaran dari sebuah CV di daerah Jl. Pajajaran Bandung yang datang lewat email. Kedua, tawaran menggantikan teman untuk bergabung di sebuah instansi penyuluhan gizi. Tapi semua itu aku lewatkan untuk tetap bertahan sampai pengumuman CPNS keluar. Dan hasilnya?? mengecewakan. 
Aku tahu semua pasti ada hikmahnya. Walau aku harus kesal karena melewatkan sesuatu yang pasti ada depan mata untuk sesuatu yang belum pasti. Tapi aku yakin semua pasti ada jalannya. 

Saat nganggur seperti ini, rasanya silaturahmi dengan teman pasti berputar masalah kerja. Udah dapat kerja belom? dimana? gajinya berapa? wah asyik dong dan bla bla bla. Cukup iri ketika mendapat kabar teman yang mendapatkan pekerjaan. Betapa bangganya mereka. 

GOING 2 CIREBON

Finally aku dapat pekerjaan juga. Seorang teman menawarkan aku untuk kerja. Kebetulan tempat dia kerja membutuhkan satu ahli gizi lagi. Ahli gizi katering. Itu pekerjaan ku. Menjadi seorang ahli gizi katering yang menjalin kontrak dengan sebuah rumah sakit di Cirebon. Mendengar kata Cirebon, gak kebayang deh. Belum pernah aku berkunjung kesana. Yang kebayang cuman satu kata, panasSs!!!



Senin, 04 Oktober 2010

Membuat Sebuah Blog Pribadi

Ini kali pertama saya membuat sebuah blog pribadi, awalnya saya tidak punya niat sama sekali untuk membuatnya. Tapi saya kira lewat blog ini saya bisa mencurahkan apa saja dengan menulis kata hati. Semoga lewat blog ini saya bisa mengasah lagi kemampuan menulis saya, sehingga cita cita kecil saya menjadi seorang penulis bisa sampai ya walaupun hanya menjadi penulis bagi kata hati :)