Senin, 29 November 2010

PARNO ATAU KEBIASAAN ANEH

Tiap orang pasti punya sesuatu yang disuka dan tidak. Betul?!

Tiap orang juga pasti punya sesuatu yang tidak disukai atau sesuatu yang dia udah parno banget kalo ngeliat. Apa kalian seperti itu? atau mungkin punya kawan yang demikian?. 

Aku punya beberapa teman yang punya parno terhadap sesuatu;

Kamu tau penitih kan? yang suka orang pake buat kerudung atau mungkin masang seprei biar terus terlihat rapih sehingga mengkaitkan dibelakangnya ke kasur. Penitih itu ada macem2. Ada yang kuning, ada juga yang putih. Ada yang kecil dan ada juga yang gede. Nah temenku itu parno banget sama penitih gede. Kalo dia ngeliat, wah udahlah tu orang teriak2 histeris. Kenapa yah? entahlah...

Uang receh logam mungkin sekarang sudah jarang digunakan orang. Bahkan mungkin sudah terlihat tidak bermakna sama sekali. Kalo kita lagi sapu2 dirumah kadang kita suka nemu tuh uang logam seratus rupiah tapi apa kita pungut? aku tak yakin. Pasti dengan cueknya kita meneruskan menyapu. Iya kan? Karena aku pun demikian ;p. Padahal uang satu juta tanpa seratus rupiah tak akan mungkin jadi satu juta. Hahaha. Sama dengan penitih, uang logam pun macam2, ada logam yang warna emas, perak dan ada juga yang putih dan ringan. Nah kalo temenku ini paling gak mau liat uang logam warna putih yang terasa ringan, bukan yg perak lho. Jadi kalo pun dia punya uang logam, hanya mau yang kuning atau yang perak. Kalo gak, dia bakal merinding kegelian. Lalu gimana kalo dia jajan dan kebetulan dapat uang kembalian receh yg dia gak suka??? Nah...itu dia yang ada dipikiranku juga.

Saat aku masih duduk di bangku SD. Aku dekat dengan murid ibu yang kebetulan ngekost diruman. Ada dua orang teteh yang ngekost. Salah satu teteh parno banget sama yang namanya ulet. Walaupun hanya sekedar gambar. Waktu aku SD,di buku panduan pelajaran IPA ada gambar ulet di atas daun. Waktu si teteh itu ngeliat. Wah langsung tuh triak dan bulu kuduknya berdiri semua. Aku sih malah ketawa dan bilang 'masa ginian aja takut, kan cuman gambar teh' sambil menyodorkan buku IPA ku. Aaaaaaaaaarrrrghhhh si teteh makin keras berteriak. Hahahah

Ada temanku yang parno sama yang namanya sabun. Lha terus gimana dia mandi atau nyuci???. Kalo nyuci pastinya dia bisa nyuruh orang buat nyuciin. Kalo mandi??? bingung!

Katanya seh orang indonesia itu belum bilang sudah makan kalo belum makan nasi. Tapi ada juga yah yang gak biasa makan nasi. Aku punya teman yang gak biasa makan nasi. Kalo makan nasi justru dia sakit. Alhasil, dia hanya makan sumber karbohidrat lain seperti mie atau kentang.

Aku punya teman yang punya kebiasaan makan beras. Kadang kalo aku liat mulut dia lagi mengunyah sesuatu, aku kira dia sedang mengunyah makanan cemilan. Tapi ketika dia menjulurkan lidahnya padaku barulah aku tau kalo itu cemilan kesukaannya, beras.

Tiap orang punya parno atau kebiasaannya masing2. Mungkin kita bisa saja menertawakan parno orang lain yang menurut kita biasa tapi bisa juga yang kita parnoin juga biasa buat orang lain dan bikin mereka tertawa. Atau mungkin bilang aneh pada kebiasaan orang lain yang tak biasa dan orang lain pun menertawakan kebiasaan kita. 

Contohnya saja aku. Aku menertawakan teman2ku yang takut pada uang logam dan penitih. Karena merasa sangat aneh. Atau sengaja menyodorkan buku bergambar ulat pada teteh kost dulu. Dan tertawa geli ketika melihat dia ketakutan. Padahal aku sendiri punya parno yang bikin orang tertawa. Mau tau? tapi janji yah jangan membuatku ketakutan karna hal itu. Hehehe,,,

Saat aku kecil, aku parno sekali sama gelap. Kalo mati lampu aku akan langsung teriak keras memanggil ibu atau bapak. Bahkan sebelum aku tidur aku akan bertanya dahulu pada bapakku, 
"Pak, ke weungi pareum lampu moal?" (pak, nti mlm mati lampu g?)
"moal!" (gak akan)
"nyaan??" (beneran?)
"nyaan!" (beneran!)
"Tiup heula atuh." sambil menyodorkan telunjukku pada mulut bapak untuk bapak tiup. Saat aku SD, aku dan teman2ku punya kebiasaan seperti itu jika kita berjanji bahwa kata2 yang kita omongin itu benar. Maka kita akan meniup telunjuk lawan kita dan kemudian meniup ke atas. Kata teman2 seh meniup telunjuk lawan tandanya kita janji sama dia dan meniup ke atas tanda bahwa Tuhan saksinya. Hahahahah. Dasar anak kecil.
"Huh..." walaupun pada awalnya bapak bingung maksud tujuanku akhirnya bapak pun meniup telunjukku.
"Tiup kaluhur" pintaku lagi.
"Huh" bapak pun meniup keatas sambil tersenyum geli. Aku tau pasti saat itu yang ada dipikiran bapak adalah 'dasar anak kecil tingkahnya ada ada ajah'.
Setelah itu baru aku bisa tidur dengan tenang. Karena bapak sudah bisa menjamin tidak akan mati lampu sehingga saat aku bangun ditengah malam aku akan tetap melihat cahaya lampu. Tapi jika aku bangun tengah malam dan ternyata gelap gulita aku akan segera teriak sekeras mungkin memanggil bapak. Kadang saat pagi tiba aku akan cemberut pada bapak karena sudah berbohong padaku. Kalo sekarang aku ingat2 lagi, rasanya pingin ketawa sendiri. Mana ada orang yang bisa berjanji tentang sesuatu yang kita sendiri pun tidak bisa memastikannya. Hahaha. Dan aku tau, saat itu bapak berjanji hanya agar aku bisa tidur dengan tenang tanpa rasa takut. Oleh karena itu, jika bapak terbangun dan kebetulan sedang mati lampu. Maka bapak akan langsung menuju kamarku membawa lilin agar aku tak merasakan kegelapan. Ah...I love my dad :)

Ketika aku lulus SD dan masuk SMP di pondok. Hal pertama yang aku minta adalah senter!. Hehe. Karena dipondok tidak akan ada lagi bapak yang akan datang ketika aku teriak ketakutan. Jadi aku meminta senter yang akan aku simpan disamping ranjang setiap aku tidur. Saat itu, pondok yang aku tempati masih sangat baru, angkatan aku saja adalah angkatan ketiga. Bangunanya pun masih baru dan kecil tak seperti sekarang yang sudah menjadi luas dan besar. Saat itu listrik yang masuk pondok pun masih belum stabil. Sering mati pada saat saat tertentu. Biasanya lampu akan mati disaat magrib dan menjelang tengah malam. Karena itu, senter selalu menjadi solmetku. Ketika aku terbangun ditengah malam dan melihat gelap seperti biasa aku teriak keras dan baru ingat kalo aku tidak dirumah sehingga tidak akan ada bapak yang datang membawa lilin jadi cepat aku meraba raba mencari senter dan segera aku nyalakan. Lalu akupun akan kembali tertidur. Saat siang datang ada seorang teman yang bilang "nun, semalam kamu teriak yah?" dan aku akan mrasa sangat malu. 

Tinggal dipondok banyak sekali manfaatnya bagiku. Termasuk menyembuhkan pobiaku pada gelap Karena mati lampu itu terlalu keseringan jadi akhirnya aku mulai terbiasa dan bahkan menikmati tidur saat dalam kegelapan. Heu ;p

Pobia akan gelap juga menurun pada ode (panggilanku pada adeku). Kami beda tujuh tahun. Dulu pernah abang, aku dan oDe salat magrib berjama'ah. Abang imamnya. Selesai salat mati lampu. Ode langsung teriak ketakutan. Abang langsung memeluknya. Karena disana posisiku sebagai seorang kakak juga jadi aku berlagak sudah tak takut dan berdiri berjalan mencoba  mencari cahaya. Lama kelamaan aku merasa gelap yang amat sangat dan mataku sama sekali tidak mendapat cahaya sedikitpun. Dan gak pikir panjang aku langsung teriak dan memeluk abang yang sedang memeluk ode.Akhrinya abang pun bingung harus menenangkan kedua adenya yang teriak ketakutan. Hahaha.

Saat aku sudah sembuh dari rasa takut akan gelap. Aku jadi sombong sama ode. Saat mati lampu dan ode teriak aku akan langsung marah dan bilang "gitu ajah takut!" dan tiba2 aku akan kena semprotan orang tua dan abangku "DULU JUGA KAMU GITUH NUNUN!!!!". Wkwkwkwkwk =))

Alhamdulillah pobiaku terhadap gelap kini sudah tak aku rasakan lagi. Tapi masih ada ketakutanku yang lain. Aku takut sama selimut!. Eit...jangan pikir ini selimut biasa lho. Aku takut sama selimut yang gambar atau motifnya harimau/ singa/ macan tutul. Banyak kan tuh selimut yang seperti itu. Pokoknya aku gak mau ngeliat barang atau apapun yang motif atau gambarnya itu. Dirumah kakekku banyak sekali selimut bermotif itu. Jadi kalo kerumah kakek aku gak mau masuk kamar. Kalo pun harus masuk kamar aku minta selimut itu harus disembunyikan ketempat yang aku tak tau dan tak terlihat. Sedangkan dirumah pamanku ada lukisan kepala harimau yang ukurannya lumayan besar yang dipajang diruang tengah. So...setiap kerumah paman itu, aku hanya stay di ruang tamu dan gak mau masuk keruang tengah. Saat kku kecil dan keluargaku sedang berkunjung kerumah paman, bapak menyuruhku untuk salat dan aku menolak karena untuk mengambil wudhu aku harus melewati ruang tengah dan menuju kamar mandi yang letaknya dibelakang. Karena itu akhirnya  bapak menyembunyikan lukisan itu dibawah meja, sayangnya adegan itu aku melihatnya sehingga aku tetap merasa ketakutan dan salat di dekat pintu keluar, tau kenapa? karena aku pikir jika harimau itu gerak aku bisa langsung kabur keluar. Hahahahha. Konyol!!!

Saat brkunjung kerumah salah satu bibi, ketika masuk keruang tivi, ternyata disana ada dua buah bantal yang sarung bantalnya bermotif macan tutul. Tanpa basa basi aku langsung kembali keluar rumah dan duduk dikursi teras. Sang bibi pun heran, tapi keluargaku sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Ketika abang dan ode keluar memberitahukan bahwa bantal itu sudah disembunyikan baru aku mau masuk lagi.

Untuk rasa takut yang ini belum bisa hilang. Kadang masih aku rasakan walaupun tak separah dulu. Tapi tetap saja aku tak mau melihat apapun brmotifkan itu. Ketika aku melihat gambar kepala hariumau ada di salah satu gambar wallpaper hape ku dan ada di screen saver laptop abangku aku akan langsung menutup mata.

Memang hal ini konyol buat orang lain. Tapi tidak untukku. Rasa takut yang diawali karena ditakut2i sepupuku itu masih saja aku rasakan. So...jangan sampai deh kalian membawa sesuatu yang bisa membuat tanganku menutup mata.

Aku juga punya kebiasaan yang kata orang aneh. Tapi menurutku biasa saja. Nah kalo kebiasaan ini sulit aku jelaskan. Jadi kayanya gak aku share disini. Hehe

Ada juga kebiasaan tiap pagi. Ini seh bukan kemauan tp dah dari sononya. Entah kenapa tiap pagi aku suka bersin-bersin sebelum melihat matahari. Ckckckck... capek.

Nah...itu dia ketakutan dan kebiasaanku lalu apakah ketakutan dan kebiasaanmu???
Ayo kita berbagi cerita... ;p


Jumat, 26 November 2010

SEKILAS DIHARI LAHIR

Jum'at, 26 November 2010

Alhamdulllah....
Terima kasih Tuhan, atas kesempatan yang masih Kau berikan padaku sampai detik ini. Tidak terasa semakin tua umurku dan semakin berkurang waktuku di dunia ini. Semoga sisa waktu yang aku punya bisa aku manfaatkan sebaik-baiknya hanya di jalan-Mu. Amin 

Tak terasa kini umurku sudah berkepala dua (lebih). 26 November 1987 lalu, ibu bilang aku lahir saat malam jum'at jam dua belas malaman. Saat itu aku lahir prematur, masih tujuh bulan kandungan. Ketika lahirpun aku sangat kecil dan harus nginap di inkubator rumah sakit. Jika aku bertsilaturahmi dengan keluarga besarku saat ini, pasti mereka bilang 'ieu teh saha? neng nunun nu baheula leutik siga botol tea? aeh aeh naha geuning ayeuna mah ageung."

Ketika kumulai membuka mata dipagi hari ini sudah ada beberapa sms dari teman yang berisi ucpan selamat. Ada juga mc dari dua no yang tak aku kenal. Ketika kulihat waktu yang tertera di hape, menunjukkan bahwa dua no itu meneleponku di tengah malam. Mungkin sang pemilik nomor ingin memberikan ucpn pertama secara lisan padku. Tapi sayang, jangankan untuk mengangkat, mendengar bunyi nya saja tidak. Karena kemarin aku merasa lelah sekali. Sekujur badan terasa pegal. Apalagi aku baru berada di kostan jam setengah sepuluh malam. Alhasil tidurkupun terasa nyenyak sekali tanpa terdengar suara SMS atau telepon masuk.

Tahun ini aku melewati hari ulang tahun dengan status baru, "karyawan swasta". Tahun sebelumnya aku melewati hari ini dengan status "pengangguran" dan sebelumnya lagi masih berstatus "mahasiswa". Sebenarnya bukan hanya status itu yang aku harapkan ditahun ini. Tadinya aku berharap statusku di ulang tahun tahun 2010 akan aku lewati dengan status "menikah". Hahahahah....

Banyak sekali ucapan-ucapan yang masuk, baik lewat es-em-es maupun lewat ef-bi ku. Dari mulai orang-orang yang aku kenal secara langsung maupun hanya sekedar friends dalam status jejaring sosial itu. 

Selamat ulang tahun nunun...wish all u d best!
(biasanya orang ini bingung musti ngedoain apa, jadi cukup bilang wish all u d best!, ucapan yang sederhana dan mudah tapi memiliki arti yang cukup dalam. Kalo aku sedang 'mentok' biasanya aku juga mengucapkan kalimat itu pada orang yg sedang berulang tahun)

ada juga kalimat yang simple jika kamu benar-benar sedang mentok untuk memberi ucapan selamat, tau apa??? just say "HBD". hahahah...simple bukan??? buatku, amat sangat simple!.

Berbagai panggilan yang tertuju padaku muncul di sms atau wall fb saat ucapan datang.

Selamat ulang tahun neng...
Neng, biasanya panggilan itu dari teman kecil ku atau saudara.Tapi ada juga orang yang baru aku kenal memanggil itu sebagai tanda aku lebih muda darinya atau hanya sekedar panggilan pada wanita sunda.

Met ultah, teh nunun...
Teteh...itu panggilan keluarga atau tetangga atau mungkin ade kelasku saat menimba ilmu.


Sistaaaaaaaaah...happy b'day...
Sistah atau sister. Hanya teteh sepupuku tercinta yang memanggilku itu. Kami saling memanggil 'sistah'.


Met ulang tahun neZ..
Nez, itu panggilan pendek dari neza, K-Neeza. Yang aku tau hanya satu orang yang memanggilku dengan panggilan neza, ara chan (til) temanku saat SMA. Suaranya yang khas saat memanggilku dengan nama itu sangat aku hafal ditelinga. Sampai-sampai kalo dia memanggilku dengan nama asli, nunun, terdengar begitu asing olehku.

Nesha ku sayang, selamat ulang tahun..
Itu panggilan T'puZ alias teh Puspa untukku. Maksudnya adalah neza dari K-neeza tapi suaranya khas banget memanggilku nesha. T'puz adalah panggilanku pada teh Puspa. Teh puspa ini adalah teman ngekost bareng saat aku kelas satu SMA. Dia juga teman seangkatan abangku. Sudah seperti teteh kandung saja. Tapi sayang setelah aku masuk dunia kuliah, kami mulai kehilangan kontak. Untungnya sekarang ada fb yang bisa mempertemukan kami.

Happy b'day kulu...
Kulu atau kulunun. Jika ada yang memanggilku itu, pastinya dia teman kuliah. Dulu ada seorang teman yang nyeletuk bilang "kulunun! gimana yah kalo kamu dipanggil kulunun...kulu..kulu. hahahah" akhirnya teman-teman yang mendengar langsung say "kuluuuuuuuuuu".


Eh, c kaha ulang tahun, selamet yah..
Yang aku hafal ada satu teman yang khas banget memanggilku dengan panggilan 'kaha'. Dia adalah 'Per' panggilanku untuk seorang  kawan yang mempunyai nama belakang Pertiwi. Di buku atau barang-barang pribadiku, kalo tak aku kasih nama K-neeza, aku kasih inisial 'KH'. So, dia panggil kaha dan I call her just one word "per". Tapi ada juga teman lain yang ikut manggil KH.


Aslm...met milad nunce...
Awalnya hanya satu orang yang memanggilku nunce. Aku kasih dia nama 'aduwWunSuQut!. Selama 3 tahun kuliah, aku tak pernah mau bilang arti 'adwWunsuQut pd orang itu. Walaupun dia memaksa. Tapi ketika aku msh kerja di cirebon ada kata dr sms dia yang membuatku penasaran. Kata 'curcol'. Ketika ku tanya artinya, dia bilang 'itu bahasa cina'. Semakin penasaranlah aku. Tapi dia bilang 'kasih tau dulu artinya 'aduwWunsuQut apa nunce?'. Akhirnya ku beri tahu. Setelah itu, dia kasih tau arti 'curcol'. Dan rasanya aku benar2 menyesal sudah tertipu oleh kawanku yang jail dan nyebelin itu. Karena artinya benar2 gak penting. Pisan!. Dia bilang 'curcol bahasa cina yang artinya 'cur' curhat dan 'col' colongan, jd curcol itu curhat kecolongan,ahahahahahha'. GubRaakKkzZZZ!!!. aku langsung balas 'gak pentiiiiiiiiiiiiing!!!!'.
Kini bertambahlah satu orang yang memanggilku dengan sapaan 'nunce'. Bosku. Entah dari dulu atau memang baru aku sadar. Karena seingatku bos yang juga suami teman dan mantan dosen ketika kukuliah itu sangat jelas memanggilku nunce setelah bertemu dengan 'aduwWunsuQut. Suatu hari bos bilang, nunce = nunun centil. Hmm...bosku itu memang ada-ada saja. Senang sekali memberi julukan orang. Selain aku ada juga teman kerja yang beliau kasih julukan. Saya harap singkatan nuncenya bos itu tak sama dengan maksud 'aduwWunsuQut memanggilku demikian. Kalo ternyata sama, hmmm...lihat saja nanti kalo aku ketemu lagi dengan orangnya. Ckckckkckckc....

Selain panggilan itu, ada juga yang memanggilku 'karnun', 'nyunnyun','nunuy' etc. Entah dari mana kawan-kawanku itu punya inisiatif untuk menciptakan panggilan baru buatku. Yang jelas semua itu pasti hanyalah panggilan sayang. Karena setiap orang punya panggilan sayang masing. Seperti seorang kawan yang memanggilku dgn panggilan 'bit'. Dia bilang dari kata sobat. Berhubung perempuan jadi sobit dari pada diambil dari kata kawan. Hahahaha...ada-ada saja. Ada juga teman yg memanggilku "blem" saat aku kerja di cirebon. Katanya seh karena pipiku tembem. Iya gituh?? biasa ajah ah. Hehehe.

Untuk semua yang mengucapkan dan mendoakan ku ucapkan banyak amat terima kasih. Meskipun ada yang mengucapkan lebih awal. Dua hari lebih awal. Tanggal 24 November tiba2 ada sebuah sms masuk;
Kulu selamat ulang tahun yah, maaf telat baru ada pulsa.
Aku tersenyum dan balas ' Hahaha...gak telat kok bu, justru kecepetan..ulang tahun n2n kan 26 '
Hah...asa tanggal 23 da?? Baelah ayeuna we nya ngucapkeun na. Hahaha

26 kok. balasku singkat.

dan tadi malam, tanggal 26 malam dia kirim sms:
Ayeuna nya ultah teh?? selamat ulang tahun nya. Semoga....bla bla bla.
Hahahaha...ada ada saja kawanku yang satu itu. Selalu saja ada tingkahnya yang membuatku tertawa.



Selain dia ada juga yang mengucapkan lebih awal, tapi tak separah dia dua hari. Hanya beberapa jam sebelum memasuki tanggal 26. Sekitar jam sepuluh malam tgl 25, dia sms dan bilang 'met ultah yahc, ntar mlm jam 12 bisi ktdran maunya ngucapin lebih awal. met ultah.' Aku tersenyum :). Makasih buat hal itu. Tapi buatku tak penting ngucapin awal jam 12 teng atau tidak. Dengan kawan2 mengingatnya saja, aku sudah senang dan berterima kasih. Apalagi kalo disertai doa. Tau kenapa itu tak penting buatku? Karena dulu, saat ulang tahunku tahun 2008. Saat itu aku masih kuliah, sedang sibuk2nya praktek. Saat itu ada 2 orang yang mendekatiku. Sama2 lebih tua dariku dan menawarkan keseriusan. Saat aku berulang tahun, mereka berdua berlomba untuk menjadi orang pertama yang memberikan ucapan. Tapi ulang tahun selanjutnya, mereka tak ingat. Tak satu pun dari mereka memberikan ucapan. Apalagi berlomba untuk menjadi orang pertama lagi. Sangat lucu rasanya, memberikan ucapan pertama hanya karena mencari perhatian orang yg sedang kita dekati. Lebih baik kawan-kawan yang mengingatnya tiap tahun dan membrikan ucapan tanpa ada maksud terselubung didalamnya. Sekali lagi kuucapkan banyak terima kasih buat kalian semua ;).


Beberapa hal yang kuingat saat melewati ulang tahun ;
Entah berapa tahun umurku saat itu. Yang penting masih kecil. Kurasa masih SD. Aku sangat menyukai coklat warna putih. Dan saat itu aku memintanya pada bapak Ketika bapak pulang kerja langsung kusambut dengan bilang 'pak mana coklatnya?'. Bapak bilang 'coklat nu mana?'. Aku kecewa dan cemberut lalu bilang 'cokat putih nu nitip tea geuning. pan abi teh ulang tahun ayeuna'. Hahahaah lucu kalo diingat. Mengingatkan ulang tahun kita pada orang lain. Kalo sekarang udah gede gini, aku gak suka kalo orang lupa ulang tahun kita trus kita ingetin saat hari H nya. Sok penting banget yah. Hahahaha..... Lalu bapak tersenyum sambil mengeluarkan silverqueen putih dari jaketnya dan bilang 'selamat ulang tahun, sing pinter, soleh dsb'. Aku pun loncat kegirangan. Ah indah untuk dikenang. Thx dad, I love you very much.

Orang bilang, sweet seventeen sangatlah spesial. Buatku 'sweet' nya tidak manis. Karena saat itu tak satupun dari keluargaku yang ingat. Memang hari ulang tahun dilewati seperti biasa saja, tak ada pesta atau apa. Tapi biasanya orang tua, abang dan oDe sudah sms atau telepon. Tapi saat itu tidak. Mereka lupa. Saat aku mendapat hadiah dari oprator seluler khusus buat yang berulang tahun beberapa hari kemudian. Ibuku kaget dan baru sadar bahwa beliau sudah lupa memberikan ucapan sweet seventen pada putri satu-satunya ini.  Ingatan itupun akhirnya merembet pada bapak dan kedua saudaraku. Karena saat itu aku SMA di bandung dan ibuku di tasik, jadi weekend nya ibu langsung ke bandung. Ibu bilang 'ke bandung buat teteh karena ibu lupa kemaren teteh waktu 17 thn.'. Ah ibu...harusnya tak segitunya juga. Tapi seorang ibu memang selalu berbuat yang terbaik untuk anaknya. Thx a lot mom, I love you so much.


Saat itu aku masih kuliah. Kebetulan ulang tahunku bertepatan dgn bulan Ramadhan. Saat aku dibangunkan oleh teman asrama untuk saur. Aku ke kamar mandi untuk cuci muka sebelum akhirnya memulai saur. Ketika aku keluar dari kamar mandi dan masuk kamar, saat itu lampu kamar belum dinyalakan dan tiba2 teman2 sudah bersiap membawa kue dengan lilin dan say happy b'day. OMG...thx banget buat kejutannya. Jujur pertama kalinya aku diberikan kejutan seperti itu. Senaaang sekali rasanya. Dan saat aku buka lemari ternyata ada sebuah bungkus kado yang cukup besar. Ketika kubuka ternyata sebuah boneka dolphin berwarna pink. Aku langsung teriak kegirangan. Makasih teman-teman. Kalian memang tau kesukaanku, all about dolphin dan warna favoritku, pink. Lalu boneka itu pun menemaniku saat tidur.


Tahun kemarin abangku mulai bekerja disebuah yayasan. Saat gaji pertama, iseng aku sms, 'bang tos gajian? bagi-bagi atuh.heheheeh" saat itu aku hanya bercanda, aku tahu gaji di tempat kerjanya saat itu tidaklah seberapa. Untuk biaya sendiri aja masih kurang. Jadi aku mengerti ketika abang memblas dengan sopan  untuk sementara tidak bisa memberikan apa2 karena memang penghasilan belum cukup besar. Tahun kemarin aku masih pengangguran, lulus kuliah dan menunggu panggilan dari beberapa lamaran yang sudah aku kirimkan. Jadi aku hanya berada dirumah, tasik. Aku tahu abang akan pulang kerumah dari tempatnya bekerja di depok tepat tanggal 26 malam. Saat bapak menjemput diterminal, malam sudah larut sehingga aku tidak bisa menahan rasa kantuk dan tidur dikamar. Ketika abang datang, aku bisa mendengar suaranya walaupun mataku tertutup. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu kamarku dibuka, kupaksakan mataku untuk terbuka dan melihat. Samar-samar aku melihat abangku tersenyum dan kembali menutup pintu. Akhirnya aku pun kembali tidur. Beberapa menit kemudian aku mendengar suara yang sama. Tapi kali ini mataku sudah tak kuat untuk kubuka. Kali ini selain pintu yang dibuka aku mendengar suara kaki yang melangkah mendekati. Setelah aku mendengar suara pintu yang ditutup kembali. Ku paksakan membuka mata dan melihat kesebelah kasur. Aku lihat sebuah kado, ternyata abang yang meletakkannya disana. Sengaja ingin memebrikan kado saat aku tidur. Besok paginya, kubuka kado itu dan kulihat bebrapa buku resep masakan. Ada resep masakan nasional dan ada juga beberapa masakan khusus diet penyakit. Abang tau kesukaanku memasak dan kuliahku tentang gizi yang pastinya berhubungan dengan maknaan diet penyakit. Jadi abang memberikanku kado buku-buku itu. Buku-buku yang sempat aku taksir ketika ku lihat di toko buku. Ketika ku bertemu abang aku bilang "Saurna teu gaduh artos, kok beli buku2 itu...kan mahal bang, byk deui'. Abang senyum dan bilang  "eh atuh....apanan kanggo nunun". Aku senang, dan sangat berterima kasih. Apalagi buku-buku itu sangat bermanfaat untuk pekerjaanku saat dicirebon dan saat ini. Makasih banyak abangku sayang, u're my best old brother.


Bismillah...
Semoga tahun ini dan tahun selanjutnya kujalani akan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Amin.


Kamis, 25 November 2010

SIAPAKAH DIA?!? (Cerpen ke-6)

Lanjutan "Pulang Kampung"

"Pulang cuti lama kok ngelamun!" ucap Pak Doni saat melihatku melamun diruangan.
"he..he.."
"Oleh-olehnya mana neh?"
"Lho emang gak kebagian ya pak?"
"Mana???"
"Itu lho Lya taro diatas meja depan"
"Gak ada ah..."
"Wah kalo gitu anda belum berutung, Pak...he"
"Huuu..."
Pak Doni cemberut sambil kembali berjalan keruangannya. Hubungan kami memang sangat dekat. Walaupun  umurku sangat jauh lebih muda dari pada beliau tapi kami seperti kawan yang satu umur saja, tak ada rasa canggung.
Kring...kring...
Hapeku berbunyi. Aku lihat nama panggilan masuk "Bapak". Segera kuangkat.
"Assalamu'alaikum pak..."
"Wa'alaikumsalam neng geulis...udah makan?"
"Alhamdulillah udah pak, tadi. Bapak tos tuang?"
"Alhamdulillah parantos. Besok kerja sampe jam berapa, Neng?"
"Hmmm...wah kurang tau tuh pak. Bisa jam tiga atau jam empatan. Kenapa neh Pak?
"Kalo besok Neng pulang cepet, bisa?"
"Insya allah...nanti Lya usahakan. Ada apa neh pak?"
"Hmmm...Neng mau tau kan dia siapa..nah besok dia mau langsung menyampaikan niatnya langsung ke neng"
"Hah??!"
"Besok bapak sms tempatnya yah"
"Ta...tapi..."
"Tapi apa neng geulis?"
"Kok bapak yang sms tempatnya? Kenapa gak dia langsung?"
"Setelah neng tau siapa orangnya...nanti juga dia berani sms langsung."

                 ###


"Ly...hari ini mie kocok Si Jago pemantauan terakhir kan?"
"Iya pak..."

"Mau kesana kapan?"
"Insya allah ba'da dzuhur...."
"Sudah bertemu lagi dengan pak Yogi?"
"Belum pak, beliau masih ada urusan diluar kota setiap Lya kesna. Mudah-mudahan hari ini ada."
"Oke...saya harap kamu bisa bertemu langsung dengan beliau...karena hari ini, hari terakhir kerja sama kita."
"Insya allah pak"

            Aku pun keluar dari ruangan pak Tama dan kembali ke ruanganku. Segera ku persiapkan laporan terakhir yang akan ku serahkan pada pak Yogi hari ini. Setelah selesai makan siang dan shalat dzuhur, aku segera berangkat menuju kedai Mie Kocok Si Jago. Karena Mas Yanto sang supir sedang mengantar Pak Doni ke klien lain, jadi hari ini aku naik angkutan umum.

"Eh Teh Lya...udah lama gak keliatan.." sambut Asep
"Hehe....iya sep gak sesering dulu, kan udah tinggal pematauan saja sekarang"
"Iya teh, alhamdulillah sekarang pengunjung banyak terus...selain itu gak ada lagi over stock kaya dulu..he"
Aku lihat sekeliling. Ke arah pengunjung yang datang. Memang lebih ramai dari pada waktu awal aku kesini. Aku pun tersenyum. Ada rasa senang yang aku rasakan karena telah berhasil membantu masalah klien.
"Eh sep...pak Yoginya ada?"
"Wah...belum keliatan tuh Teh...ada juga Bu Sari tuh didalam"
Bu Sari adalah ibunya Pak Yogi. Orangnya baik sekali. Waktu aku masih sering bolak balik kantor kedai, kami sering bertemu dan mengobrol bersama. Beliau sudah seperti orang tua sendiri. Tapi semenjak hanya proses pemantauan saja, aku jarang bertemu beliau lagi.

            Aku menuju kedalam. Mencoba mencari Bu Sari seperti yang Asep bilang tadi. Tapi, tak kutemukan Bu Sari disana. Aku hanya melihat beberapa karyawan yang sedang mengerjakan tugasnya. Akhirnya akupun kembali keluar menuju tempat Asep berada.
"Mana Bu Sarinya??? gak ada!"
"Emang didalam gak ada Teh? Tadi mah ada da"
"Gak ada ah"
"Bu Sari tadi keluar sama Pak Yogi" tiba-tiba ada karyawan lain yang memberiahu
"Udah lama?"
"Belum lama juga Teh...tapi keliatannya buru-buru."
"Owh gitu..."

Tit...tit...tit...
Hapeku berbunyi. Tanda sms masuk. Segera kulihat. Sms dari bapak. Isinya memebritahu alamat suatu tempat untuk pertemuan itu. Pertemuan dengan dia. Orang yang membuatku sangat penasaran. Dilihat dari alamatnya seperti alamat sebuah restoran yang aku kenal. Jaraknya tidak jauh dari sini. Bergegas aku menuju kesana.
"Sep...Lya pamit yah. Assalamu'alaikum"
"Oh iya Teh...wa'alaikumsalam"

                ###

            Selama dalam perjalanan, aku merasa gugup. Pikiran tak tentu. Tanganku terasa dingin. Jantungku berdegup kencang. Ya Allah...siapakah nanti sosok yang ada disana..
               Akhirnya aku sampai di alamat tujuan. Benar perkiraanku, sebuah restoran. Restoran seafood. Dengan sedikit ragu, kulangkahkan kaki menuju kedalam. Sesampainya didalam, kuliemparkan mata kesemua sudut ruangan, mencoba mencari sosok yang aku kenal. Tapi tak ada.
"Maaf, anda mbak Lya?"
Tiba-tiba seorang pelayan menegurku.
"Hah??? emm..mm..."
Aku kaget dan bingung. Tapi akhirnya dengan penuh ragu kuanggukan kepala juga.
"Meja anda disebelah sana" dia menunjukkan sebuah meja dekat tembok.
"Ta...tapi...bagaimana kamu tau saya??"
"Oh...tadi ada yang memesan meja lewat telepon. Kemudian berpesan wanita berkerudung bernama Lya akan datang sebentar lagi. Lalu saya liat mbak datang, jadi saya bertanya"
"Ta...tapi saya tak pesan meja kok. Mu...mungkin kamu salah orang..."
Kulihat wajah pelayan itu nampak sedikit ragu mendengar ucapanku.
"Apa nama mbak Shalya Rasikh??"
Aku kaget mendengar ucapan pelayan itu. Bagaimana dia tau nama panjangku.
"Iyah..."
"Berarti saya tak salah orang" wajah pelayan itu kembali cerah "meja itu dipesan atas nama Shalya Rasikh"
"Tapi saya tak pesan"
"Yang pesan tadi suaranya laki-laki, mungkin teman mbak"
"Siapa?"
"Wah kalo itu saya kurang tau, dia tak menyebutkan nama. Dia hanya berpesan "maaf sedikit telat"."
Pelayan itu mengantarku menuju meja, kemudian menggeserkan sebuah kursi untukku duduk.
"Terima kasih" ucapku.
"Sama-sama, mbak....ada yang mau dipesan dulu"
"Oh tidak, biar nanti saja"
"Baiklah, saya permisi dulu"
"Silahkan"

           Sekarang tinggalah aku sendiri duduk dikursi dengan perasaan bingung bercampur penasaran dan jantung yang semakin berdegup kencang. Setiap detik aku hanya melihat sekeliling mencari orang yang aku kenal. Tiba-tiba dari jauh aku melihat tiga orang yang sudah tak asing lagi buatku. Kang Dian, Kang Tyo dan Kang Anta. Mereka baru memasuki ruangan restoran. Tanganku semakin dingin. Jantungku semakin berdegup kencang. Jadi....orang itu Kang Anta?? ah jangan geer dulu...siapa tau Kang Dian atau Kang Tyo..tapi masa iyah seh mereka berdua.... Hatiku semakin gak karuan.
Ketika melihatku, mereka langsung datang menghampiri.    
"Hay Ly...." sapa Kang Tyo diikuti yang lain.
"Ha...hay!" balasku dengan amat sangat gugup.
"Boleh ikut duduk?" tanya Kang Dian.
"Em..bo..boleh"
"Kok mukanya tegang gitu? nyantai aja non." ucap Kang Anta.
"Hah..hmmm...e..enggak ah bi..biasa"
"Udah lama disini?"
"Be...be..lum kok"
Aku berusaha mengontrol diriku agar bisa bersikap relaks dan biasa. Tapi nyatanya itu sulit. Jangankan untuk relaks, untuk bicara lancar saja susah. Jadi aku hanya banyak diam dan menunduk. Sesekali kumainkan HP agar tidak terlalu tegang.

Aku heran, setelah lama aku terdiam, tak ada satu pun dari mereka yang memulai untuk bicara. Mereka hanya diskusi sendiri. Asyik dengan obrolan yang tidak aku pahami. Hanya Kang Anta yang aku lihat sesekali melirik ke arahku. Ya ampuuuuuuun...sampai kapan kaya gini. Kenapa dia tak mencoba untuk membuka pembicaraan. Apa dia malu? atau grogi? ayo dong Kang ngomong...utarakan niatmu padaku. Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba ada seorang pelayan datang menghampiri.
"Ini Mas pesanannya" pelayan itu memberikan beberapa bungkus keresek "terima kasih sudah menunggu" ucapnya lagi.
"Oh iyah, makasih ya" ucap Kang Tyo sambil mengambil kresek-kresek itu dibantu Kang Anta.
"Pembayarannya lewat kassa ya?" tanya Kang Dian.
"Iyah, sebelah sana" pelayan itu menunjukkan posisi kassa. Kang Dian pun berdiri dan berjalan menuju kesana.
"Lya....duluan yah, pesanan kami sudah jadi neh..." ucap Kang Tyo
"Hah..???!?"
 jadi mereka kemari untuk mengambil pesanan?? gubrakzzZz!!!
"Ka..kapan kalian pesan?"
"Oh..kami pesan tadi lewat telepon" Kang Anta menjawab.
"Tadi diluar, kami sudah melihatmu dari kaca, karena kamu sendiri jadi kami temani sambil menunggu pesanan kami jadi" Kang Tyo menjelaskan
Entah bagaimana raut wajahku saat ini. Aku tak bisa membayangkannya. Setelah lama berperang dengan rasa grogi dan degupan jantung yang kencang melihat mereka menuju ke arah mejaku ditambah menunggu mereka yang asyik diskusi sendiri. Tapi ujungnya mereka hanya sekedar "menunggu pesanan". Hufffthhh....
"Orang yang kamu tunggu belum datang Ly?" tanya Kang Anta
"Oh..ah..emm..belum"
Tadinya aku kira orang itu kamu Kang...ucapku dalam hati.
"Hmm..pantas belum pesan apa-apa"
"Ya sudah kami duluan yah.."
Aku hanya tersenyum dan melihat mereka berlalu sampai tak bisa terlihat lagi.

          Perasaanku semakin kacau. Hati semakin gak karuan. Pupus sudah harapanku kalo orang itu adalah Kang Anta. Lalu siapa dia?. Sampai kapan aku harus menunggu seperti ini.
"Lya..." sebuah suara menyapaku. Aku melihat sumber suara. Rupanya Bu Sari.
"Eh...Bu Sari..." aku berdiri dan langsung mengambil tangannya untuk kucium.
Dari belakang, aku lihat Pak Yogi. Kebetulan sekali beliau disini, aku bisa menjelaskan tentang pemantauan Mie Kocok Si Jago dan hasil akhir kerja sama kita. Dari pada menunggu lama orang yang tak pasti dengan perasaan gugup, lebih baik aku persentasi sebentar pada Pak Yogi dan Bu Sari.
"Assalamu'alaikum Pak, sudah lama tak jumpa" sapaku.
"Wa'alaikumsalam, iyah neh."
Ku persilahkan mereka duduk dimejaku.
"Sepertinya bapak sangat sibuk akhir-akhir ini sampai susah saya temui."
"Hahaha.." Pak  Yogi tertawa renyah. "biasa saja.."
"Urusan diluar kotanya sudah selesai neh Pak?"
"Hmm...maksudnya?"
"Itu lho pak, tiap saya ke kedai, anak-anak bilang bapak sedang keluar kota"
"Oh itu..hehe...belum, justru akan saya selesaikan sekarang"
"Pasti persiapan pembukaan cabang baru ya Pak?"
Pak Yogi tersenyum dan menjawab "persiapan pembukaan hidup baru.."
"Hahahaha...bapak ini ada-ada saja..."
"Hahaha...saya serius lho."
Bu Sari tersenyum melihat obrolan kami. "Kemarin kamu pulang kampung ya Ly?"
"Iya bu, kumpul bareng keluarga"
"Gimana orang tua sehat?"
"Alhamdulillah sehat bu..."
"Oya bu, pak, kebetulah bapak dan ibu ada disini jadi saya bisa menjelaskan sedikit tentang hasil pantauan dan hasil akhir dari kerja sama kita" aku mulai mengambil kesempatan untuk membicarakan hasil pekerjaanku yang belum sempat aku sampaian pada mereka.
"Oh boleh...." ucap Pak Yogi.
"Kemajuan di kedai sangat signifikan lho Ly, ibu sangat berterima kasih."
"Oh iya bu...sama-sama. Kami juga mengucapkan terima kasih sudah mau bekerja sama dengan perusahaan kami."
"Jadi begini bu, pak, bla bla bla" aku mulai mejelaskan secara rinci. Mempersentasikan hasil akhir yang sudah aku kerjakan disana. Mulai dari keadaan awal pertama kami datang, proses perubahan dan akhirnya pemantauan akhir. Bu Sari dan Pak Yogi sangat antusias mendengarkanku. Sesekali kulihat Pak Yogi tersenyum memandangku.
"Wah...bagus, kami sangat puas sekali" Bu Sari mengomentari.
"Terima kasih, kami ikut senang atas kepuasan klien. Karena itulah tugas kami sebagai konsultan katering."
"Saya senang kedai bisa kerja sama dengan konsultan katering apalagi konsultan yang menanganinya  seperti kamu, Ly"
"Hehehe....Bu Sari ini bisa saja"
"Itulah sebabnya kenapa saya membutuhkan konsultan seumur hidup" tiba-tiba Pak Yogi angkat suara.
"Maksudnya, Pak??" aku tak paham.
Pak Yogi hanya tersenyum memandangku. Aku melihat Bu Sari, beliaupun tersenyum dan mengangguk kearahku.
"Bapak mau memperpanjang kerja sama dengan kami seumur hidup?"
"Tadi saya bilang kan konsultan. Konsultan itu bisa menunjukan profesi seseorang kan bukan badan bergerak perusahaannya saja?"
Aku makin tak paham, penjelasan Pak Yogi itu terlalu berbelat belit menurutku.
Pak Yogi tersenyum, lalu menjawab lagi "bukan dengan 'kami' tapi dengan 'kamu'."
Hahh??? aku kaget. Sejenak aku tak bisa mengontrol raut wajahku yang merasa kaget. Ja...ja...jadi..o..orang itu...
"Sayalah orang yang kamu tunggu." Pak Yogi menjawab seolah mendengar pertanyaan dalam hatiku.


TO BE CONTINUE  cerpen ke-7 "Dilema"




Minggu, 07 November 2010

PULANG KAMPUNG (cerpen ke-5)


Tiga bulan berlalu. Tugasku di Mie Kocok Si Jago sudah pada tahap pemantauan hasil saja. Alhamdulillah sudah banyak kemajuan yang sinifikan. Pengunjung sudah lebih banyak yang datang karena jalannya promosi pun sudah baik. Selain itu, para pengunjung pun merasa sangat puas sekali dengan pelayanan para pramusaji yang sekarang sudah maximal dari sebelumnya. Rasa mie kocok pun sudah paten. Tidak ada lagi perubahan rasa karena kelebihan atau kekurangan bahan atau bumbu saat produksinya, karena sudah ada standar resep yang digunakan. Sehingga penggantian orang  yang melakukan produksi pun sudah tidak jadi masalah.

Biaya produksi yang awalnya dikeluhkan karena lebih tinggi daripada hasil penjualan, kini sudah bisa ditekan sehingga hasil penjualan bisa mendapatkan keuntungan yang tinggi. Pak Tama memuji hasil kerjaku karena hasilnya sangat memuaskan klien. Aku bersyukur karena hal itu, walaupun sampai saat ini aku belum bertemu lagi dengan Pak Yogi sang owner Mie Kocok Si Jago karena beliau sedang sibuk keluar kota setiap aku berkunjung ke kedainya.

Saat ini Mie Kocok Si Jago pun sudah siap membuka banyak cabang dibeebrapa daerah di kota Bandung. Tidak ada rencana pembukaan cabang diluar kota Bandung karena Mie Kocok Si Jago ini akan dijadikan kuliner khas kota Bandung yang tidak ditemui dikota lain.

Pak Tama memberikanku hadiah cuti selama satu minggu dan bonus uang sebagai apresiasinya terhadap kinerjaku yang sangat memuaskan. aku sangat senang sekali mendapatkannya karena aku bisa berbagi pada keluarga.

              ###

Hari ini aku berencana pulang ke rumah dikota asalku, Tasikmalaya. Sudah empat bulan semenjak sibuk diberikan tanggung jawab Mie Kocok Si Jago aku belum pulang. Sekarang  untuk selain melepas rasa kangen yang sudah menggunung pada keluarga aku juga ingin berbagi rizki bonusku pada kedua orang tua dan kakakku tersayang.

"Aduh...aduh...si eneng geulis nembe uih..." sambut ibuku sambil memelukku sesampainya aku dirumah.
(aduh aduh neng cantik baru pulang)
"Ibu damang?" tanya ku sambil mencium tangan kanannya.
(ibu sehat?)
"Alhamdulillah pangestu, meuni sono pisan ibu ka neng teh..."
(alhamdulillah baik sekali, kangen banget ibu sama neng)
"Hehe...muhun bu, Lya oge sono pisan ka ibu sareng ka bapak. Eh..bu, ari bapak mana?"
(Hehe..iya bu, Lya juga kangen banget sama ibu dan bapak. Eh, bu...kalo bapak mana?)
"Aya itu nuju solat lohor dikamar.."
(ada itu lagi solat dzuhur dikamar)
"A Iki mana bu?"
"Ke uih dameul na sonteunan.."
(nanti pulang kerjanya sore an)

          ###

Setelah berkumpul untuk makan malam bersama diruang makan dan berbagi cerita pada keluarga, aku duduk diteras belakang. Melihat pekarangan belakang rumah yang ditumbuhi tanaman hias yang segar dan terawat. Ibuku memang paling senang menanam tanaman hias dan merawatnya. Udara malam kota Tasik menusuk pori-pori kulitku. Aku lihat langit yang cerah malam itu. Terlihat bulan dan bintang menghiasinya.

Tiba-tiba a Iki duduk disampingku. Menemaniku menikmati dinginnya udara malam. A Iki adalah kakakku satu-satunya. Rizky Rasikh nama panjangnya. Rasikh adalah nama bapak. Semua anak diberi nama belakang Rasikh. Sama seperti namaku, Shalya Rasikh.
"Gimana kerjaan kamu neng lancar?" tanya a Iki.
"Alhamdulillah a, lancar. Sekarang juga Lya cuti hadiah dari bos atas keberhasilan pekerjaan Lya..he"
"Wah...syukur alhamdulillah atuh, ade a yang cantik ne punya prestasi kerja..."
"Hehe..berkat doa ibu, bapak dan a juga...makasih y a. Eh, kerjaan a gimana?"
"Alhamdulillah sekarang a sudah mulai betah kerja di bank"
A Iki memang baru satu tahun ini kerja di bank. Sebelumya dia bekerja di perusahaan asuransi.
"Neng...a mau nikah..."
Tiba-tiba a Iki memebrikan kabar gembira.
"Wah...ka saha a? jadi ka Teh Sofie temen SMA tea?"
(wah...ke siapa a? jadi k teh sofie temen SMA itu?)
"He em. Hehe..."
"Asyik Lya nanti jadi punya teteh...hore!"
Aku sangat senang mendengar kabar gembira ini. Karena aku sangat menginginkan kakak atau ade perempuan sebagai teman cerita dirumah. Tapi aku hanyalah anak bungsu dari dua bersaudara. A Iki kakakku lebih tua tiga tahun dariku. Walaupun begitu, aku sangat bersyukur sekali punya kakak seperti a Iki yang sangat menjaaga dan menyayangiku.
"Tapi...." a Iki memotong kebahagiaanku.
"Tapi naon a?"
(tapi apa a?)
"Tapi neng heula nu nikah na!"
(tapi neng dulu yang nikahnya!)
"Hah?!? naha eneng??"
(hah??kenapa eneng?)
"Neng...a sayang banget sama neng. Neng ade a satu-satunya. A gak mau menikah dan mengalihkan tanggung jawab a yang tadinya menjaga neng jadi menjaga istri. A tau, jika sudah menikah a masih bisa menjaga neng. Tapi...nanti akan beda statusnya neng. A pingin sebelum a menikah, sudah ada seseorang yang a percaya bisa menjaga dan melindungi neng, adik a satu-satunya yang sangat a sayang. Neng ngerti kan?"
"Hmmm...." aku hanya mengangguk lemas tanpa kata-kata.
"Neng sudah ada calon??"
Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu.
Ya Allah...bagaimana ini, jangankan calon. Seseorang yang sedang dekat saja belum ada. Kang Anta??! ah...aku tak tahu perasaannya. Aku hanya tahu perasaanku saja yang menyukainya. Aku tak tahu apakah perasaan ini terbalaskan atau hanya sebelah tangan.
"Neng...tong bengong atuh!"
"Hah...enggak, mm...cuman...mm..."
Aku benar-benar bingung.
"Neng..neng....tong ngabohong atuh ka a teh. A tau kok, neng sudah punya calon. Dan a sangat yakin dia orang yang baik buat ade a nu geulis ieu..." ucap a Iki sambil mencubit pipiku.
"Aduh...sakit atuh a..."
"Hehe...eta pipi meuni asa makin cubby wae atuh neng!"
(itu pipi serasa makin chubby aja neng)
"Wios atuh...tambih manis! hehe..."
(biarin dong, tambah manis..hehe)
"Huu...dasar nengku sayang..." a Iki mengacak-ngacak rambutku.
"Aah...a, udah nyisiran ieu teh!"
(aah...a, udah disisir ini tuh)
"Ah...pake kerudung ini kalo keluar, jadi acak-acakan ge teu nanaoun we atuh...hehe"
(Ah...pake kerudung ini kalo keluar, jadi berantakan juga gak apa-apa dong...hehe)
"Huuu..." aku protes sambil membereskan kembali rambutku.
"a..."
"Hmm...?? naon?"
"Yang tadi maksud na naon?"
"Nu mana?"
"Eta...calon...???"
"Dih...kura-kura dalam perahu. Pura-pura tidak tahu."
"Ih...ari aa, mau kura-kura kek atau lumba-lumba kek, Lya gak tau!"
A Iki tak menjawab pertanyaanku. Dia hanya tersenyum dan mencium keningku.
"Sudah malem...bobo sana!"

          ###

"Neng...sini ibu bapak mau ngobrol!" a Iki berteriak dari ruang tivi.
"Iya a...bentar."
aku segera keluar kamar dan duduk diatas a Iki.
"Euleuh....euleuh...kira-kira atuh neng, da ayeuna mah neng teh udah gede. Gak bisa lagi duduk diatas a. Berat tau!"
"Neng...eta kasian berat a Iki nya..." ucap ibu yang melihat tingkahku.
"Hehe...iya bu"
Aku turun dan duduk disamping a Iki. Seperti biasa a Iki mengacak-ngacak rambutku. Segera kutangkis tanggannya agar sisiran rambutku tak jadi berantakan.
"Lya...Iki....udah jangan becanda aja!"
"Iya bu ne aa na geura..."
"Kok aa seh?! neng tuh!"
"Udah...udah...bapak mau ngobrol bentar..." tiba-tiba bapak muncul dari kamar.
"Neng..."
"Iya pak..."
"A Iki mau nikah, neng udah tau?"
Aku melirik a Iki disebelah. Dia menjulurkan lidahnya. 
"Udah pak, a Iki udah cerita."
"Tapi a Iki maunya neng dulu....dan itu bapak juga setuju."
"Kok?!?"
"Ibu juga..." ibu angkat suara.
Aku hanya diam. Tertunduk membisu.
"Neng bilang mau nikah muda?!"
"Iya bu..."
"Nah terus??"
"Terus apanya?"
"Coba sekarang kenalkan pada kami calonnya." kata bapak.
"Nah...itu dia..."
"Itu dia apanya??" tanya a Iki.
"Itu dia belum ada...hehe"
"Hmmm serius neh???"
"Serius a. Gak boong deh!"
"Kalo bapak ada, gimana?"
"Ada apanya a?"
"Ada calonnya dong, gimana?"
"Haha...ah a Iki ini bisa aja deh..." ucapku.
"Apa kata a Iki itu benar neng." bapak membenarkan ucapan a Iki.
"Hah??!"
Aku pandang wajah ibu. Beliau tersenyum dan mengangguk mengiyakan ucapan a Iki dan bapak.
"Neng...kamu itu anak perempuan kami satu-satunya. Amanah kami yang terbesar. Kami menyayangi neng. Kami mau yang terbaik buat masa depan neng. Bapak tau neng gak pacaran demi menjaga diri neng dari pergaulan jaman sekarang yang sudah tidak baik. Dan bapak bangga akan hal itu.
"Neng..." ibu angkat bicara. "kami tidak akan memaksa neng. Semua keputusan ada ditangan neng."
Aku semakin tertunduk mendengar ucapan mereka.
"Sekarang pikirkanlah dahulu matang-matang semuanya. Neng mau terima atau tidak, silahkan. Kami tidak memaksakan."
"Hmm...neng mengenalnya kok" tiba-tiba a Iki membuatku kaget dengan ucapannya.
"Hah...apa a?"
"Neng tau siapa orangnya. Dia bukan orang asing buat neng."
Aku melihat ibu dan bapak. Mereka tersenyum.
"Iya pak?"
"He em" bapak mengangguk.
"Siapa???"
"Yang pasti...dia seseorang yang neng kenal. Dia mengagumimu dan menyayangimu anakku. Dia datang pada bapak, ibu dan a Iki memeitna izin utuk mengenalmu lebih dalam. Dia tau prinsipmu yang tak pacaran. Jadi dia datang kemari untuk memintamu pada kami. Dia datang kemari untuk menunjukkan keseriusannya terhadapmu. Bapak menyukai itu."
"Siapa pak?? kasih tau Lya..."
"Dia sudah beberapa kali datang kesini. Bersilaturahmi dengan kami. Mencoba mengenalmu lewat keluargamu. Bukankah itu yang kamu mau neng?" ucap ibu.
Aku mengangguk.
"Iyah bu, itu yang Lya mau selama ini. Jika ada yang mau serius dengan Lya, Lya mau dia tidak hanya mendekati Lya tapi juga keluarga Lya. Lalu siapa orang itu, bu? jangan buat Lya semakin penasaran."
"Kami tidak akan memberi tahu neng. Karena dia sendiri yang akan memberi tahu."
"Hah???"
"Tunggu saja, dia pasti datang."

         ###

Tak terasa waktu cutiku sudah hampir berakhir. Rasanya baru kemarin sore aku sampai dirumah. Aku masih betah disini. Berkumpul dengan ibu dan bapak serta bermanja pada a Iki. Tapi besok pagi aku sudah harus kembali bekerja sehingga sore ini aku harus sudah berangkat ke Bandung.

Selama di bis aku hanya melamun. Mencoba menebak kemungkinan orang itu. Orang yang mengagumiku dan punya niat yang benar-benar serius sehingga berani mendatangi keluargaku tanpa sepengetahuanku. Pantas saja a Iki bilang aku sudah punya calon. Ya Allah...siapakah orang itu?!? mungkinkah Kang Anta??? ah entahlah....

           ###

TO BE CONTINUE cerpen ke-6 "SIAPAKAH DIA??!"


Kamis, 04 November 2010

SEMANGKUK MIE KOCOK (cerpen ke-4)

Lanjutan " Nonton "

Segera ku buka sms yang masuk, berharap ada sebuah kata yang menyatakan nama seseorang yang aku harapkan didalamnya.
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Ini pak Tama, nomor baru.
Berhubung besok saya mau ke jakarta,
meetingnya saya majukan jadi jam 8 pagi.
Sekian, Terima Kasih

Huffth...ternyata harapanku pun musnah. Rupanya sms yang masuk itu adalah dari Pak Tama, bosku. Bos yang tidak pernah bersikap ngebos karena beliau sangat akrab dan perhatian pada setiap karyawannya. SMS nya khas orang tua pada kebanyakan, tulisan tanpa disingkat. Walaupun umur beliau sudah empat puluh lima tahun, tapi gaya dan penampilan beliau terlihat masih tiga puluh lima tahun.

         ###

Pukul setengah delapan pagi aku sudah berada diruanganku. Pak Tama dan Pak Doni nampaknya masih diperjalanan, karena ruangan mereka aku lihat masih sepi. Hanya terlihaseorang OB yang sedang membersihkan ruangan. Sedangkan Teh Hana konsultan senior yang juga akan ikut meeting pagi ini baru saja datang tak lama setelah aku sampai.
"Ly, meetingnya dimana?" tanya Teh Hana sesampainya didepan ruangannya yang letaknya berhadapan dengan ruanganku.
"Kayanya biasa Teh, diatas"

Aku sedikit canggung dengan Teh Hana karena dia termasuk orang yang serius. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah pekerjaan. Kalau memang tidak terlalu penting dia tidak akan bicara. Itu sangat bertolah belakang denganku yang bawel, seneng ngomong dan bercanda biar suasana gak kaku. Setidaknya itulah yang dikatakan teman-teman dekatku tentang aku. Tapi..beda halnya jika bertemu oran gbaru yang belum aku kenal apalagi kalau bertemu orang serius seperti Teh Hana, hmm..langsung deh jadi pendiam tanpa suara.

Tak lama Pak Tama dan Pak Doni pun datang. Tanpa mengundur-ngundur waktu, kami semua langsung menuju ruangan meeting dilantai tiga.Karena Pak Tama dikejar waktu untuk berangkat ke Jakarta, jadi meeting pun dilakukan dengan cepat. Pak Tama hanya memebritahukan bahwa proyek kerja sama kita denan salah satu instalasi gizi rumah sakit swasta di Jakarta berhasil. Selain itu, kerja sama dengan Mie Kocok Si Jago pun sudah ditandatangani. Jadi sekarang kami semua perlu kerja extra untuk menjalankan proyek yang alhamdulillah saat ini sedang banyak. Proyek instalasi gizi, Mie Kocok Si Jago, Katering Lezat dan tiga proyek lainnya di Bogor. Untuk proyek instalasi gizi Pak Tama meminta Teh Hana untuk bertanggung jawab. Katering Lezat Pak Doni dan aku diberikan tanggung jawab untuk Mie Kocok Si Jago. Sedangkan untuk tiga proyek di Bogor, Pak Tama sendiri yang akan menanganinya karena beliau sangat berpengalaman dalam menjalankan proyek ini.

Setelah selesai meeting, aku segera melihat surat perjanjian kerja sama dengan Mie Kocok Si Jago yang tadi diberikan Ary. Kubaca dengan seksama agar aku bisa mempelajari setiap tahapan yang harus aku lalui. Selain itu, aku juga membuat catatan prioritas apa saja yang harus aku kerjakan nantinya.

         ###

"Pagi Teh Lya.."
Sapa Asep salah satu karyawan Mie Kocok Si Jago. Sudah hampir satu bulan aku bulak balik kantor -  kedai Mie Kocok Si Jago untuk melakukan tugasku membuat SOP dan standar resep. Jadi, hampir semua karyawan disana sudah mengenalku.
"Pagi Asep..."
"Mau liat produksi lagi ya Teh?" tanya Asep.
untuk membuat SOP dan standar resep aku memang perlu melihat produksi pembuatan bahan setengah jadi Mie Kocok Si Jago ini.
"Iyah...biasa we Sep, belum beres..he"
"Langsung ke dapur aja ya Teh..."
"Siiip..."

Setelah mencatat semua yang aku perlukan, aku menuju kedepan, ruang penyajian dan pemesanan mie kocok. Aku lihat pengunjung ada yang datang. Ku lihat pramusaji melayani pelanggan masih belum maksimal, jadi besok sepertinya aku akan memberikan sedikit pelatihan pada mereka.
"Gimana Ly, sudah beres semua?"
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku dari belakang. Aku menoleh, rupanya ada Pak Yogi sang owner Mie Kocok Si Jago. 
"Eh bapak...belum pak, masih ada yang harus saya awasi lagi, ini mungkin sedikit yang sudah saya kerjakan selama satu bulan ini..." kutunjukan beberapa kertas rancangan SOP dan standar resep yang sudah aku buat. Pak Yogi melihatnya dengan seksama.
"Oke...bisa Lya jelaskan sedikit yang sudah Lya awasi disini apa aja dan kira-kira apa saja yang harus diperbaiki nantinya!"
"Jadi gini pak...bla bla bla"
Aku menjelaskan semua apa saja yang sudah aku lakukan selama satu bulan disana dan kira-kira apa saja yang akan aku buat SOP nya. Aku juga menyampaikan niatku untuk melakukan pelatihan pelayanan pada pramusaji besok siang.
"Oh gitu..bagus tuh" Pak Yogi menyambut baik rencanaku.
"Hari ini say amau ngurus pajak, jadi silahkan saja dilanjutkan yah..."
"Oh iya pak, terima kasih"
Pak Yogi meninggalkanku. Aku melihat pak Yogi dari belakang sampai beliau tak terlihat lagi. Pak Yogi orangnya sangat stylis. Setiap hari aku melihatnya pakai jeans dan kaos selayaknya laki-laki muda jaman sekarang. Umurnya memang masih dua puluh delapan tahun. Mungkin pantas sekali kalau aku memanggilnya Mas Yogi daripada Pak Yogi. Tapi pekerjaan mengharuskanku memanggil setiap klien dengan panggilan pak atau ibu tidak perduli semuda atau setua apapun kami tersebut. Aku sangat suka melihat penampilan Pak Yogi, apalagi ditambah dengan stelan rambutnya yang diberi minyak dan disisir jari keatas terlihat basah dan fresh. Menarik sekali untuk dilihat.

Dulu Pak Tama pernah menjodohkanku dengan Pak Yogi, untungnya Pak Yogi tidak tahu sehingga aku bisa bekerja santai dan tidak kaku ketika bertemu beliau.
"Ly, lumayan tuh.."
"Lumayan apanya pak?"
"Yogi!"
"Pak Yogi maksudnya?"
"He em"
"Emang kenapa pak?"
"Lumayan buat jadi calon suami kamu. Udah orangnya pekerja keras, mau berusaha, baik eh plus ganteng lagi!"
"Ah...bapak ini bisa aja, kita kan kesini buat penandatanganan kerja sama pak, bukan cari suami"
"Yah kan sekalian dong..." jawab Pak Tama "biar kamu cepet nikah, kan konsultan yang belum nikah tinggal kamu " tambahnya lagi dengan mukanya yang ngeledek.
"Hehe..."
Aku hanya tersenyum malu ketika Pak Tama bilang begitu. Yah...aku memang paling muda diantara konsultan lainnya, dan satu-satunya yang masih single. Aku memang berniat untuk menikah muda. Aku ingin menikah diusiaku yang ke dua puluh tiga tahun. Tapi...diusiaku yang kini sudah dua puluh dua tahun lebih satu bulan aja aku masih belum dekat dengan laki-laki untuk serius. Jangankan dekat, menemukan laki-laki yang tepat saja belum. Yah...namanya juga jodoh...Allah yang mengatur.

"Teh Lya..."
Tiba-tiba suara Asep mengagetkanku.
"Eh...iyah Sep"
"Ngelamun ajah atuh...mau minum ga?"
"Hehe...boleh deh"
Aku mengambil sebuah botol minuman dingin yang diberikan Asep, lalu aku duduk dikursi pelanggan yang kosong untuk mengistirahatkan sejenak kakiku yang dari tadi berdiri dan jalan-jalan saja. Sedangkan mataku  melihat-lihat pengunjung yang datang. Sejenak mataku terdiam pada satu pengunjung, rasanya aku menalinya. Aku pun berdiri untuk menghampirinya.
"Kang Anta...??!"
"Eh Lya...beli mie kocok juga?"
"Enggak...Lya lagi kunjungan aja disini"
"Oh ini salah satu klien kamu?"
"Hehe iyah"
"Sudah berapa lama?"
"Sudah satu bulan ini Lya bulak balik kantor sini"
"Owh.."
Jujur..aku seneng banget bertemu Kang Anta.
"Udah makan?"
"Hmm..belum"
"Kebetulan..." ucap Kang Anta dengan senyumnya yang manis "temenin aku yah..."
"Ha...tapi..."
"Udah gak ada tapi tapi...ayo duduk sini"
Kang Anta menggeser kursi yang ada didepannya agar aku duduk disana. Aku pun duduk dengan terpaksa. Terpaksa tapi dengan hati berbunga. Hehe....Gimana gak berbunga coba jika orang yang kita suka mengajak kita makan bareng walaupun hanya sekedar semangkuk mie kocok. Ah...rasanya mimpi saja dia ada didepanku sekarang. Cuman aku dan dia. Tanpa Kang Dian, Kang Tyo dan Teh Cit.

Sambil makan kami banyak berbincang. Mulai dari masalah pekerjaan hingga masalah keluarga. Ternyata Kang Anta itu anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya perempuan, umurnya lebih muda dua tahun darinya tapi sudah melangkahinya untuk menikah.
"Terus kapan neh giliran Kang Anta?" tanyaku memancing.
"Yah...kalo udah ketemu yang cocok sih kenapa enggak..." jawabnya "sekarang sih beluma ada" tambahnya lagi.
Hmmm...ada rasa senang ketika ku mendengar jawaban terakhir itu, karena itu tandanya Kang Anta sepertiku, single!
"Kalo kamu Ly?"
Deg...sekarang aku mulai gugup.
"Hmmmm...idem" jawabku singkat.
"Hahaha....emangnya ngisi essay, idem!"
"Hehe..."
"Ada yang lagi deket?"
Kugelengkan kepala sambil tersenyum.
"Ada yang disuka?"
Deg...pertanyaan itu menambahku tambah gugup. Seandainya dia tau kalau jawabannya adalah dia, Anta!
"Enggak juga..." jawabku ngeles
"Kalo akang gimana?
Dia hanya tersenyum memandangku tanpa jawaban.

Setelah selesai makan, Kang Anta menuju kasir untuk membayar yang telah dipesan tadi. Setelah selesai, dia kembali menghampiriku.
"Makasih ya, Kang"
"Sama-sama...eh, masih disini apa langsung pulang?"
"Lya mau ke kantor"
"Bawa motor?"
"Enggak...nanti hubungin kantor minta supir jemput sini"
"Oh...kalo gitu gak usah hubungi kantor"
"Lho..kenapa?"
"Supirnya kan dah ada"
"Wah mana?" aku menengok tempat parkir mencoba mencari Mas Yanto, supir kantor.
"Aku!"
Aku menatap Kang Anta tak percaya. Astagfirullah....aku langsung membuang pandangan kebawah. Tak baik seseorang memandang bukan muhrimnya lama-lama. Apalagi jika punya rasa lain. Aku jadi salah tingkah.
"Itu motorku...aku tunggu disana" Kang Anta menuju tempat parkir. Dengan sedikit ragu, aku pun mengikutinya dari belakang.

         ###

Lima belas menit kemudian kami sampai di depan kantorku.
"Ini toh kantormu, Ly?"
"Iyah..."
"Kalo ini sih aku sering lewat..."
"Masa sih? dari mana?"
"Dari rumahku ke kantor kan lewat sini"
"Owh...Eh Kang, makasih yah buat mie dan sopirnya..hehe"
"Siip...he"
Setelah sedikit berbasa basi, Kang Anta pun pamit. Aku pun masuk kantor dengan wajah berseri.
"Mbak, kesambet apa?" tanya Ary ketika melihatku.
"Mau tauuuuuuuuuuuu ajah!"
Aku langsung menuju ruangan dengan muka yang masih berseri-seri. Bayangan tadi di mie kocok terus berputar seperti sebuhan video klip yang sedang diputar.
"Lya..ada apa?"
Tiba-tiba suara Teh Hana membuyarkan bayanganku.
"Ada perlu apa?" Teh Hana mengulang pertanyaannya.
"Hah...?!?"
Aku tak mengerti ucapannya.
"Lya...kamu masuk ruangan saya ada perlu apa?"
UpzZz...aku salah masuk!!!




TO BE CONTINUE


Senin, 01 November 2010

NONTON (cerpen ke-3)

Lanjutan "Dunia Kerja Lya"

Ly...plg kntor jam brp?jd y qt nontn sore ni..aq tggu dsna.

Sekilas kubaca SMS dari Teh Cit. Kemarin malam kita memang sempat merencanakan untuk nonton bareng. Selagi ada film baru dibioskop.
"Ly, kapan-kapan kita nonton bareng yuk!" ajak Teh Cit "mumpung ada film action baru tuh di bioskop..".
Aku dan Teh Cit memang punya tipe film yang sama, action!.

"Ayo ajah, kapan?"
"Hmmm...gimana kalo besok?"
"Besok??" aku coba mengingat jadwalku besok dikantor. Setelah yakin dengan jadwal yang tidak begitu padat, akhirnya aku jawab "ayo!!"

ky'a jam 4 Lya br kluar kntor teh,..
kl udh dluar nti ly sms lg.
teh dmn skrg?

Ku balas SMS Teh Cit. Jam diruanganku menujukkan pukul setengah empat sore. Cepat-cepat kuselesaikan pekerjaanku agar ku bisa keluar setengah jam lagi atau mungkin lebih awal lebih baik. Hari ini pekerjaanku memang sedikit nyantai. Jadi aku bisa pulang lebih awal. Biasanya aku pulang pukul lima sore. Apalagi kalau klien sedang penuh, pekerjaanku menumpuk sehingga pukul enam sore aku baru bisa pulang.
tit..tit..tit..
Hand phoneku berbunyi. SMS dari Teh Cit.

aq dh kluar kntor, skrg lg djln...tp aq mo mmpr k toko bk dl bntr...

Ku balas singkat, ok! 

            ###

Cuaca diluar sedikit mendung. Semoga hujan turun setelah aku sampai di bioskop. Ku percepat langkahku menuju jalan yang dilewati angkot menuju bioskop. Kulihat jam ditangan kiriku. Pukul empat lewat lima belas menit. Kuambil hape dari dalam tas agar aku bisa mengabari Teh Cit.

lya lg nggu angkot neh...
tunggu bentar yah..
Setelah aku yakin dengan sms yang akan kukirim, baru aku pijit tombol send. Tiba-tiba hujan turun. Langsung kumasukkan hape kembali kedalam tas agar tak kena air hujan. Aku melihat sekitar, mencoba mencari tempat agar aku bisa berteduh sebentar menunggu hujan reda. Orang-orang yang sedang berjalan ditrotoar pun langsung bubar mencari tempat berteduh sama sepertiku. Untungnya tak jauh dari tempat kuberdiri, ada sebuah halte bis. Cepat-cepat aku berlari menuju halte itu.

Hujan turun sangat deras. Setiap angkot menuju bioskop yang lewat tak aku hiraukan. Karena aku tak mau baju dan tasku basah oleh hujan sederas itu. Semakin lama orang yang berteduh dihalte semakin banayak, aku harus berdesak-desakan dengan orang-orang yang sama berlindung dari basahnya air hujan.

kamu dmn?
Tiba-tiba Teh Cit SMS.
maaf teh, ly brtduh dl...hjan deras bgt.

Sekitar sepuluh menit hujan itu turun deras. Sekarang hujan mulai reda walaupun air yang turun dari langit itu belum berhenti sepenuhnya. Orang-orang yang berteduh pun sudah mulai sedikit bubar kembali melanjutkan perjalanan ketujuan masing-masing. Angkot yang kutunggu datang. Aku segera bersiap untuk naik, tapi sayangnya hampir semua yang berteduh dihalte itu menunggu angkot yang sama denganku sehingga ketika angkot yang ku tunggu itu datang, langsung terisi penuh oleh penumpang. Jadi aku pun harus mau menunggu angkot yang selanjutnya lewat.
"Lya kan???"
Tiba-tiba ada suara kekar seorang lelaki yang mengagetkanku dari samping. Aku cepat menoleh kearah suara itu. Ya Allah....aku menyebut nama Tuhan dalam hati. Aku benar-benar kaget melihat lelaki yang tadi menyebut namaku itu. Lelaki yang sempat aku lamunkan karena senyum manisnya itu.
Kang a..a...anta???"
Lelaki itu pun tersenyum ketika kusebut namanya, walaupun dengan sedikit terbata karena kaget.
"Sudah lama nunggu disni?"
"Ah...em...lumayan, menunggu ujan reda"
"Hujannya gede banget yah tadi..."
":He em" kujawab singkat sambil tersenyum kearahnya. Aku benar-benar grogi saat ini.
"Berangkat sekarang yuk!" tiba-tiba Kang Anta mengajakku menghampiri motornya.
"Be...be...rangkat???" aku sangat bingung dengan ucapannya itu. "ke...ke...mana??" ucapku lagi.
Belum juga kagetku hilang melihat sosok itu tiba-tiba ada disampingku, sekarang aku sudah ditambah kaget dengan ajakannya yang aku benar-benar tidak mengerti maksudnya.
"Oh...jadi Citra belum sms yah?"
"Hah???sms apa??"
"Tadi Citra telepon saya nanya saya lagi dimana, katanya dia khawatir dengan Lya...jadi saya diminta jemput kamu disini"
Jemput???Ya ampuuuuuuuuuuun aku benar-benar bingung. Aku gak ngerti kenapa Teh Cit tiba-tiba telepon Kang Anta meminyanya untuk menjemputku disini.
"Kok diem???" tiba-tiba Kang Anta membuyarkan lamunanku.
"Hah...e...enggak...Lya kaget ajah...kok..." belum sempat ku selesaikan ucapanku Kang Anta sudah memotongnya.
"Kenapa saya bisa jemput kamu gituh?"
"Hehe...he em"
"Ya...karena kita kan sama-sama mau nonton"
Whattttt??? kita??? aku benar-benar bingung, ditambah dengan sebutan "kita" itu. Nampaknya wajahkupun sudah tak terlihat kobe lagi karena dari tadi ber ha hu ha hu saja. Ditambah dengan kerudungku yang sudah tersenggol sana-sini saat berdesakan berteduh tadi, menambah mukaku terlihat berantakan sekali.
"Ki...ki...kita???"
"Hahaha...." Kang Anta tertawa kecil melihat mukaku yang benar-benar gak kobe ini. "kamu kenapa Ly? kok kayanya kaget gitu sih?"
"Em...m..m.." aku gak bisa bilang apa-apa.
"Emang Citra gak bilang kalo aku, Dian dan Tyo juga ikut nonton bareng kalian?"
"Hah???e...e...enggak, Teh Cit gak bilang apa-apa"
Aduuuuuuuuuuuuh...kenapa didepan dia bicaraku jadi terbata-bata gagap seperti ini.
"Ya udah...kan sekarang udah dikasih tau neh...yuk kita berangkat, yang lain udan yampe disana dari tadi"
"Em..m..m"
"Daripada kita ketinggalan filemnya lho....kalo udah nyampe sana, Lya bisa tanya sama Citra kalo emang masih bingung, gimana?

Aku pun tersenyum sambil menganggukan kepala pelan. Kang Anta memberikan helm yang dia bawa padaku. Setelah aku memakainya, aku pun naik kemotor, duduk dibelakangnya. Tak lupa aku pegangan kejok belakang motor agar tak jatuh saat motor itu melaju kencang. Hal yang selalu aku lakukan jika aku dibonceng laki-laki.

               ###

Tak sampai sepuluh menit, kami sudah sampai ditempat tujuan. Dari kejauhan aku melihat Teh Cit tersenyum sambil menuju kearah kami. Hmmm....senyuman penuh arti tuh pasti seneng banget melihatku gugup dengan tampang yang gak karuan ini didepan Kang Anta ucapku dalam hati.
"Akhirnya kalian datang juga"
"Ketemu Lya dimana, Nta?" tanya Kang Tyo yang datang menghampiri kami bersama Kang Dian dan Teh Cit
"Di halte depan toko roti yang Citra bilang tadi ditelepon"
"Ly, tadi aku hawatir sama kamu mana diluar hujan deras banget, kebetulan cuman Anta yang belum datang...jadi aku telepon dia minta sekalian jemput kamu dijalan."
"Kok teteh tau Kang Anta harus jemput Lya dimana?"
"Tadi kan kamu sms aku kalo lagi nunggu angkot kesini, aku tau jalur angkot arah kesini yang ngelewatin jalan deket kantor kamu...terus gak lama kamu sms kan ujan tuh...aku yakin kamu masih disana jadi aku bilang Anta jemputnya kesana deh, gitu..."
"Kita makan dulu yuk, laper neh..." ucap Kang Dian.
"Emang kita nonton yang jam berapa neh?" Kang Anta bertanya.
"Jam tujuh....jadi kita bisa makan en solat dulu deh" jawab Kang Tyo
"Yuk kita cari tempat makan..." Kang Dian sudah tak sabar.
Kami pun berjalan mengikuti Kang Dian yang berjalan lebih awal. Aku sengaja berjalan dibelakang. Ku pegang tangan Teh Cit saat yang lain sudah berjalan jauh didepan.
"Teh...kok gak bilang sih kalo kita nontonnya ramean gini?"
"Lho kemaren kan aku bilang nonton bareng"
"Yah....tapi kan Lya kira cuman berdua aja"
"Salah Lya dong gak tanya nonton barengnya siapa ajah...hehe"
"Yey...dasar Teh Cit!"
"Emang kenapa Ly? gak suka?"
"Hmmm...bukannya gak suka, cuman kaget aja jadinya"
"Kaget apa kaget???"
"Lho maksudnya apa?"
"Malu yah dijemput Anta lagi berantakan gitu?"

Hah??? tiba-tiba aku melihat penampilanku sendiri. Berusaha mencari-cari kaca etalase toko agar aku bisa melihat penampilanku saat ini. Teh Cit hanya cengengesan melihat tingkangku itu.
"Emang berantakan banget yah?:" tanyaku panik sambil manyun
"Hehehehee..."
"Ah gak mau tau, pokoknya anterin dulu Lya ke toilet" kuseret lengan Teh Cit dengan paksa.
"Hahahaha...." Teh Cit malah tertawa lebih keras lagi.
"Lho kalian mau kemana?" tiba-tiba Kang Tyo melihat kearah kami.
"Ke toilet bentar yah" Teh Cit menjawab sambil masih cengengesan.

            ###

Untungnya di toilet sepi. Hanya ada dua orang anak remaja yang sedang merapikan rambutnya yang tergerai lurus. Mereka keluar tak lama setelah kami masuk. Jadi aku bisa sangat leluasa merapikan kerudungku yang bentuknya sudah tak karuan itu.
"Udah cantik kok..." Teh Cit meledekku.
"Apa sih Teh..."
"Tadi seneng kan dijemput Anta???"
Aku gak tau kenapa Teh Cit sangat senang meledekku dengan Kang Anta. Sejak pertama kita bertemu di toserba malam itu dan aku pulang dibonceng Kang Anta, Teh Cit sering bertanya "Ly...menurutmu Anta itu orangnya gimana?" atau "Kamu mau gak kalo deket sama Anta?dia orangnya baik lho, sopan lagi" Teh Cit berpromosi. Dan entah kenapa juga aku senang dengan ledekan itu. hehehe...

          ###

Selesai nonton, kami langsung pulang karena waktu pun sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Seperti biasa Teh Cit pulang dibonceng Kang Tyo. Kini giliranku yang bingung. Apalagi kali ini Kang Dian tidak menggunakan motor ninjanya, jadi aku bisa saja dibonceng Kang Dian. Aduuuuuuuuuuuuh....aku bingung ikut yang mana gumamku dalam hati.
"Sekarang Dian gak pake ninja Ly...jadi kamu juga bisa dibonceng Dian..tapi terserah..." Kang Anta memberikan pilihan.
Ucapan Kang Anta itu membuatku tambah bingung.
"Ah....yakin tuh rela...??" Kang Tyo menggoda.
"Kenapa enggak...." kulihat wajah Kang Anta sedikit memerah.
"Hmmm...Lya bareng Kang Dian aja yah...biar sakali ewang..." jujur sebenarnya hatiku menginginkan lain.
"Yah...ada yang kecewa neh..." Kang Dian melirik kearah Kang Anta "makanya jangan pura-pura..."
Kang Anta hanya tersenyum sambil menjulurkan sedikit lidahnya. Aku melihat kearahnya. Entah mengapa aku melihat raut muka yang beda disana. Mungkinkah itu memang suatu tanda kecewa?? atau mungkin perasaanku saja yang geer...ah entahlah.

Dijalan Kang Dian mengajakku ngobrol. Lucu juga orangnya. Suka guyon. Tak seperti yang aku bayangkan sebelumnya, cuek. Padahal kalau dilihat dari gaya dan cara bicaranya yang hanya seperlunya dia memang terlihat cuek dan gak perduli sekitar. Tapi ternyata kalu memang sudah kenal, Kang Dian bisa akrab.
"Gimana Ly, kerjaanya enak?"
"Alhamdulillah kang...enjoy"
"Asyik dong....ada lowongan gak tuh disana?"
"Haha..ah Kang Dian ini bisa aja"
"Hehe...siapa tau aja Ly"
"Jasa konsultan yah....denger-denger mah?"
"Iyah..."
"Konsultan apa neh?"
"Konsultan katering"
"Oh.., eh aku punya temen tuh yang kerja di katering gitu. Katanya sih lagi banyak masalah siapa tau aku bisa kasih saran biar konsultasi ma kamu, ya gak?"
"Wah..boleh-boleh, sekalian promosi juga tuh Kang, he..."
"Iyahlah...asal jangan lupa yah ongkos promosinya..."
"Hahaha"

Tak lama kami pun sampai di kostan.
"Eh Ly, boleh tau nomornya gak...biar nanti temen aku suruh kontak kamu"
"Oke" aku mengambil dompet ditasku. Kukeluarkan kartu namaku. Kartu nama yang diberikan perusahaan bagi tiap konsultannya. 
"Ciieee...pake minta nomor segala tuh.." ledek Kang Tyo yang melihat kami
"Syirik aja lo...urusan kerjaan ini, tenang aja Nta."
"Lho kok aku sih?" Kang Anta berlagak bingung
"Ly...kartu namanya boleh minta lagi gak?"
"Boleh...neh..." aku berikan lagi kartu namaku.
"Nah...ini buat lo, Nta" tiba-tiba Kang Dian memberikan kartu namaku pada Kang Anta
"Ha...hem" Kang Anta nampak salting.

             ###

Sesampainya dikamar, aku langsung merebahkan tubuhku diatas kasur untuk merelekskan sedikit badanku. Setelah merasa sedikit tenang, baru aku mencuci mukaku dengan milk cleanser dan toner, ganti baju, cuci tangan kaki dan kembali keatas kasur.

Tit...tit..tit...
Hapeku berbunyi tanda sms masuk. Langsung kulihat layar hape. Sebuah sms dari nomor tak dikenal, itu tandanya nomor yang belum aku save. Ah...mungkinkah...gumamku dalam hati.



*TO BE CONTINUE cerpen ke-4 "SEMANGKUNG MIE KOCOK"