Selasa, 19 Oktober 2010

MENGASAH KARYA DENGAN SEBUAH CERITA (cerpen karanganku)

SENYUMAN DIBALIK HELM

" Malam senin besok kita makan diluar yuk! " ajak Teh Cit. 
Citra namanya. Karena umurnya yang berjarak dua tahun lebih tua dariku jadi aku panggil teteh. Teh Cit, itu panggilannya olehku. Dia salah seorang teman kostku. Perkenalan kami dimulai saat aku mau salat dikamar yang baru saja aku tempati. Karena aku tak tau arah kiblat di kostan yang baru saja aku injak itu, jadi kuputuskan untuk mengetuk pintu kamar yang ada disebelah kamarku. 
" Yah..ada apa ya? " tanya seorang perempuan berkulit putih ketika membukakan pintu.
" Maaf ganggu, kenalkan saya Lya anak kost baru." Ku ulurkan tangan dan disambut hangat oleh tangan putih perempuan itu. "Saya mau sholat tapi bingung kiblatnya ke arah mana yahc? " ucapku menanyakan maksud dan tujuanku.
" Oh..saya Citra. Saya juga baru pindah kemarin siang. Kiblatnya kearah sana. " sambil menunjuk arah kiblat.
Sejak saat itu kita semakin akrab. Mungkin karena kita sama-sama anak baru di kostan itu. Awalnya dia memanggilku teteh. Tapi saat tau aku lebih muda lalu dia memanggilku Lya. Dia bekerja di salah satu bank swasta di kota Bandung. 
" Makan dimana teh?"
" Itu di kafe dekat perempatan jalan. Disana harganya murah-murah lho. " 
Begitu mendengar kata 'murah' aku langsung tertarik. Maklum anak kost memang harus berhemat dan pandai memenej keuangan. Jadi tak salah kalo anak-anak kost sangat antusias mendengar kata 'murah'. 
" Wah boleh tuh "
" Malem Senin besok yahc! "
" Okedeh."

                       ###

Malam Senin pun tiba. Setelah salat magrib, aku pun bersiap untuk pergi. Untungnya malam ini tak hujan, sehingga kami bisa pergi sesuai rencana. Padahal malam-malam sebelumnya hujan selalu turun membuat suasana malam terasa dingin sehingga berteman dengan selimut terasa lebih nyaman dari pada berjalan keluar.
" Ini lho tempatnya." ucap Teh Citra ketika kami sampai di tujuan. Tempat yang cukup nyaman. Tapi tak sesuai dengan bayanganku. Karena ketika aku mendengar Teh Citra bilang 'kafe', yang terpikir olehku adalah sebuah tempat yang mewah atau setidaknya sebuah toko. Tapi ini tidak, tempat di pinggiran jalan hanya ada dua gerobak dengan tenda dan beberapa meja dan kursi. Tempat yang sangat sederhana tapi cukup nyaman untuk makan dan mengobrol.
" Lumayan kan buat tempat nongkrong " ucap Teh Citra ketika melihat mimik muka ku yang sedikit aneh ketika melihat tempatnya.
" Iyah, lumayan juga."
" Tempatnya nyaman kan? " Teh Citra bertanya untuk memastikan aku merasa nyaman di tempat yang dia pilih itu.
" Iyah "
            Setelah memilih meja yang nyaman untuk kita makan, kami memilih beberapa menu yang ada di kertas menu yang di laminating dan diletakan disetiap meja yang ada. Sebelum memesan makanan, hal pertama yang kita lihat adalah harga tiap makanan yang ada. Yah..namanya juga anak kost. Pasti harga murah sangat dominan untuk menjadi pilihan. Harga disana memang benar kata Teh Citra cukup murah. Harga segelas jus alpukat yang biasa ditempat lain paling murah Rp.6000,- saja, disini harga segelas jus alpukat hanya Rp.3000,-. Akhirnya setelah memilih dan mempertimbangkan harganya kami pun memesan nasi goreng dan jus alpukat. Tak lama pesanan pun datang. Segera kami melahap makanan yang ada di depan mata itu. Karena saat itu perut kami memang terasa sangat kosong. Sehingga membutuhkan masukkan makanan dengan segera. Tak sampai 10 menit, nasi goreng dipiringku sudah habis semua. Karena rasanya perutku memang sangat lapar malam itu.
" Ly, setelah ini kita mampir ke toserba sebentar yuk! "
" Toserba??malem-malem gini???" kulihat jam warna hitam di tangan yang belum lama ku beli itu. Jarum pendeknya berada diantara tujuh dan delapan sedangkan jarum panjangnya menunjukkan angka enam. Setengah delapan malam. 
" Iyah, sebentar ajah....ada beberapa yang harus ku beli ada temen juga yang nunggu disana, gimana? "
" Oh ya udah kalo gitu."
Setelah menghabiskan semua pesanan dan membayarnya. Kami langsung menuju toserba yang letaknya tak jauh dari kafe tempat makan tadi.
               
                 ###

" Mau belanja gak, Ly? "
" Hmmm....kyanya enggak deh, keuangan sudah cukup menipis...hehe"
" Teteh mau beli apa aja neh?"
" Biasa deh keperluan sehari-hari gitu....sabun cuci udah gak punya neh."
" Oh...eh teh, katanya mau ada temennya, mana?"
" Eh iya ya, mana neh...kok tuh orang belum nongol juga." 


            Teh Citra melempar matanya kesana kemari. Mencoba mencari teman yang dia tunggu. Aku pun berusaha membantu walaupun aku gak tau temannya Teh Cit itu yang mana. Tapi yang penting aku berusaha menjadi teman yang baik, yang berusaha membantu teman yang sedang kesulitan dalam mencari orang. Walaupun hanya sekedar formalitas belaka. hehe...

" Nyari orang yah, Mbak? " tiba-tiba seroang lelaki mengagetkan dari belakang kami.
" Uuh...dasar! " Teh Cit mencubit lelaki itu. Nampaknya itulah teman yang dimaksud. Diam-diam kupandangi lelaki itu. Dari atas sampai bawah. Laki-laki dewasa dan sepertinya umurnya sekitar dua puluh delapan atau dua puluh sembilanan yah sekitar tujuh tahun lebih tua dariku.
" Oya...Ly, kenalkan..." Teh Cit menunjukku pada temannya.
Ku satukan tangan dari kejauhan dan tersenyum ke arah temannya Teh Cit sambil menyebutkan nama "Lya".
Awalnya lelaki itu bersiap untuk mengulurkan tangannya. Tapi ketika melihatku yang hanya memberikan isyarat bersalaman jarak jauh dia pun mengikuti sambil membalas senyumku dan juga menyebutkan nama "Tyo". Lalu kami melanjutkan belanja. Lebih tepatnya Teh Cit yang melanjutkan. Karena aku hanya menemaninya, tidak ikut berbelanja.

            Tak lama, muncul dua orang lelaki ke arah kami. Dua lelaki itu rupanya juga teman Teh Cit. Umur mereka nampaknya sama-sama lebih tua dariku. Tapi nampak lebih muda dari teman yang pertama tadi. Tak lupa Teh Cit juga memperkenalkan mereka padaku. Kulakukan salaman jarak jauh yang tadi kulakukan sebelumnya, tak lupa ku ucapkan nama. Tak beda jauh dari kejadian tadi. Mereka pun tampak kikuk melihat caraku bersalaman. Tapi mereka menghargai dengan melakukan hal yang sama dengan yang ku lakukan. Anta dan Dian, itu nama mereka.

           Rupanya mereka juga berniat untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari. Jadi kami pun berkeliling bersama-sama. Saat itu yang membuatku sedikit kesal, karena pemilihan dalam belanjanya dilakukan sangat lama. Kalo perempuan lama dalam memilih mungkin itu wajar dan biasa. Tapi ini, bukan Teh Cit yang lama tapi Kang Dian. Dia berniat membeli beberapa kosmetik muka untuk laki-laki. Karena belum tau mau beli merk apa jadi dia sempat bertanya pada beberapa SPG yang ada tentang produk apa yang sesuai untuknya. Mukanya memang sedikit berjerawat dari pada yang lainnya. Jadi wajar saja kalo dia ingin tampil lebih bersih.

" Mbak, kira-kira produk apa ya yang cocok buat muka saya?" tanya Kang Dian pada SPG sebuah produk kosmetik laki-laki yang ada disitu.
" Oh...ini boleh di coba mas " ucap SPG itu sambil mengambil beberapa produk dagangannya. "Ini bagus untuk muka yang berjerawat, membersihkan dan bla bla bla" selayaknya orang yang berjualan, SPG itu berusaha membuat Kang Dian tertarik akan produk yang ditawarkannya.
" Oh gitu ya....terus kalo bedanya sama ini apa, Mbak? " tanya Kang Dian sambil mengambil bebrapa produk yang ada disebelah produk yang SPG tadi tawarkan.
" Kalo ini untuk membersihkan kalo yang ini untuk merawatnya, Mas."
" Kalo yang ini buat apa?" lagi lagi Kang Dani menanyakan.

            Huuuh...benar-benar membuatku BeTe. Laki-laki kok banya tanya seh...bukannya langsung beli beli aja...udah tau udah malem neh.... gumamku dalam hati. Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Rasaya sudah cukup malam untuk bertanya-tanya. Aku hanya mendengus mendengar pertanyaan-pertanyaan itu dari kejauhan. Teh Cit terlihat sedikit kesal juga menunggu, tapi dia bisa ngobrol dengan Kang Anta. Sedangkan aku?? ah aku baru mengenal mereka. Mana mungkin bisa ngobrol enak.
" Ini bisa mendatangkan uang juga gak, Mbak?" canda Kang Tyo tiba-tiba memotong kata-kata SPG yang sedang memberikan penjelasan pada setiap pertanyaan yang Kang Dian lontarkan. Nampaknya Kang Tyo juga sudah cukup bosan menunggu temannya bertanya-tanya terus.
" Wah yang jelas ini bisa menghabiskan uang Mas karena harganya yang cukup mahal." jawab SPG dengan sedikit tertawa. Kami pun yang mendengar ikut tertawa.

           Akhirnya, mereka menuju kassa. Saat yang paling ku nantikan. Kulihat jam ditangan, pukul menjukkan sudah setengah sepuluh lebih lima belas menit. Ya ampuuuun...baru kali ini jam segini aku masih keluyuran di toserba kaya gini. Beberapa tempatpun sudah sepi pengunjung. Mereka sudah bersiap untuk tutup. Termasuk toserba yang aku kunjungi ini. Bagian informasi sudah koar koar menyuruh kita keluar secara tidak langsung. Kulihat Teh Cit dan teman-temannya sedang melakukan pembayaran di kassa. Saat ini aku yakin salah satu dari teman Teh Cit itu adalah teman spesialnya alias pacar. Dan aku yakin orang itu adalah Kang Tyo. Hal ini aku yakini karena aku lihat Kang Tyo sangat perhatian sekali dengan Teh Cit. Saat Teh Cit merasa kelelahan mengambil keranjang belanjaan, dengan senyuman Kang Tyo mengambil keranjang belanjaan Teh Cit. Saat Teh Cit cemberut karena merasa kesal menunggu Kang Dian bertanya-tanya tadi, Kang Tyo pun menghiburnya dengan leluconnya yang lucu. Dan sekarang setelah pembayaran pun Kang Tyo membawakan belanjaan Teh Cit. Hmmmm....lucunya... gumamku dalam hati.

Teh Cit, menghampiriku dengan muka cemberut.
" Lho kok cemberut gitu seh Teh...bukannya seneng dibawain juga barangnya."
" Abis mereka gak mau nganterin kita pulang."
" Whaaaaaaaaaaattttttt?????" aku bener-bener kaget mendengarnya. Mungkin aku sekdikit berteriak. Gimana tidak, aku rela menunggu walaupun sudah larut malam, karena aku yakin kalo kami akan dapat tumpangan pulang. Masa iyah laki-laki tega melihat perempuan pulang pake kendaraan umum semalam ini. Tapi buktinya...kami tetap harus pulang sendiri semalem gini. Kalo tau seperti ini mending dari tadi aku pulang aja deh. " Beneran neh teh??" kucoba meyakinkan diri. Aku harap Teh Cit hanya bercanda dengan ucapannya tadi.
" Gak tau tuh...bete, mereka malah mau makan ke kafe yang tadi kita makan."
" Masa iyah seh Teh, kita disuruh pake kendaraan umum semalam gini."
Lagi-lagi aku melihat jam tangan. Sesuatu yang sering banget aku lakukan saat ini. Jamku menunjukkan pukul sepuluh malam. OheMGi...ingin rasanya aku marah dan teriak-teriak saat itu. Tapi ku coba mengendalikan emosi yang berkecimuk dihati. Aku berharap ada keajaiban datang.
" Kayanya kita gak bisa nganter deh..." tiba-tiba suara Kang Tyo mengagetkan dari belakang.
" Kok gitu seh...bete ah." Teh Cit memanyunkan mulutnya.
" Kalian pake angkot aja yahc!"
" Huuuu..." Teh Cit tambah manyun ajah.
Aku juga ikut cemberut, tapi tak bisa berkata apa-apa, toh...aku belum mengenal mereka sebelumnya jadi gak enak kalo tiba-tiba saja aku protes.
" Jangan cemberut gitu dong ibu-ibu..." ucap Kang Tyo yang tersenyum melihat aku dan Teh Cit yang cemberut manyun. " Saya kan cuman bercanda...." tambahnya lagi dengan senyumnya yang semakin lebar.
" Ah...dasar bisa aja!" cubit Teh Cit. Kang Tyo sedikit mengelak walaupun kedua tangannya sibuk memegang belanjaan Teh Cit.
" Mana tega kita melihat kalian wanita pulang sendirian malem-malem gini"
" Hehe..." aku dan Teh Cit mulai tersenyum mendengar jawaban itu.
Syukurlah akhirnya kami tak jadi pulang naik umum. Yang bener ajah masa iyah jam segini kami perempuan masih keluyuran pake umum...gimana kalo ada apa-apa dijalan nanti.???dunia malam kan sangat menakutkan.....na'udzubillah!!!

            Kami menunggu depan toserba. Kata Teh Cit Kang Tyo sedang mengambil kendaraan. Tak lama Kang Tyo datang dengan motor ninja hijaunya. Aku sempat heran melihatnya. Awalnya aku kira mereka membawa mobil. Jadi aku sempat membayangkan mobil apa nanti yang muat membawa kita berlima. Eh ternyata bayanganku itu ngaco. Aku tak melihat Kang Dani dan Kang Anta. Jangan-jangan kita bonceng dua neh..ah tidaaaaaaaak!
" Teh...jangan bilang kita bonceng dua"
" Ya enggaklah...mana mau...yang lain juga kan nanti pada bawa motor masing-masing."
" Oh...kirain...syukurlah kalo gitu."
Akhirnya pikiranku pun tenang.
" Eh Teh...nanti Lya dibonceng siapa?"
" Siapa aja boleh....yang mana aja pilih..." kali ini Teh Cit tersenyum sedikit meledek.
" Ah...teteh seriusan neh, nanti Lya dibonceng siapa???"
" Eh...beneran Lya...pilih aja maunya sama siapa..."
" Pilihin aja dong teh...masa nanti pilih-pilih seh, kan malu..."
" Hahaha..." Teh Cit tertawa mendengar jawabanku. Lalu dia mendekati Kang Tyo.
" Lya nanya tuh...nanti dia dibonceng siapa katanya..."
" Hehehe....pilih aja sendiri Ly, pada jomblo kok semuanya...Lya free kan?"

Hah...aku tak mengerti dengan pertanyaan itu.
" Free???freedom maksudnya???simpati freedom!" jawabku
" Hmmm...maksudnya single kan?"

            Waduh aku bingung dengan pertanyaan itu. Aku memang single belum menikah dan belum punya pacar. Lebih tepatnya tidak tertarik untuk punya pacar. Bukan karena aku tidak normal, tapi karena aku tidak tertarik untuk melakukan hubungan pacaran yang menurutku didalamnya hanya ada sandiwara dimana setiap orang menutupi sifat aslinya demi terlihat manis di depan sang pujaan hati. Banyak orang menilai pacaran itu untuk saling mengenal pasangan sebelum menikah. Tapi menurutku, pacaran itu justru banyak dibumbui kebohongan. Setiap orang pasti ingin terlihat baik didepan pacarnya. Mana mungkin seorang pacar marah, kasar atau terlihat jelek depan kekasihnya. Ya walaupun mungkin sebagian kecil ada yang seperti itu. Jadi mana mungkin pacaran bisa dijadikan proses perkenalan sebelum menikah menurutku. Aku memang tidak berniat punya pacar, tapi aku berniat mempunyai seorang calon suami. Calon suami yang baik dan bisa menjadi imam yang baik buat masa depanku. Aku memang mempunyai cita-cita untuk menikah muda. Tapi saat ini aku belum punya bakal calon yang bisa kujadikan calon suami. 
" Hehe..." aku hanya tertawa kecil ketika Kang Tyo bertanya seperti itu.
" Iya kan...?" tanya Kang Tyo pada Teh Cit mencoba untuk meyakinkan tebakannya.
" Tau deh...tanya aja sendiri..." jawab Teh Cit dengan tersenyum penuh arti.
Lalu Kang Tyo memandangku sambil tersenyum dan mengangkat halisnya.
Ah...aku gak tau apa sebenarnya yang ada dipikiran Teh Cit dan Kang Tyo..apa yang mereka rencanakan sebenanya. Aku melihat mata mereka seperti mempunyai sebuah rencana yang tak aku ketahui.

            Tak lama...Kang Dian dan Kang Anta pun datang. Kang Dian memakai motor ninja berwarna merah marun, sedangkan Kang Anta memakai motor bebek honda, entah apa warnanya  suasana malam dan cahaya lampu yang menyorot dari lampu motornya membuatku tak bisa melihat warna motor itu. Masing-masing memakain helm full face. Aku pandangi kedua motor itu. Ninja...mungkin kebanyakan wanita senang kalo dibonceng pake motor ini karena terlihat keren tapi tidak denganku. Aku paling gak suka dibonceng pake motor ninja. Tau kenapa....??? karena motor ninja itu tinggi dan untuk menaikinya butuh pegangan...mau tidak mau harus meminjam pundak sang pengendara di depan  untuk naik. Atau kalo emang bisa pegangan kejok lalu naik, tapi itu susah. Dan aku paling gak mau buat pegang ke cowo yang bukan muhrim. Jadi aku pasti gak akan milih motor ninja untuk ku naiki.
" Nah tuh....tukang ojeg sudah dateng...silahkan mau pilih yang mana..." ledek Kang Tyo.
" Karena Lya gak bisa naik ninja....jadi Lya pilih yang bebek aja deh..."
Sedikit malu-malu aku berjalan ke arah Kang Anta. Gimana gak malu coba...secara aku baru kenal malam ini, dan tadi selama ditoserba kita hanya berdiam diri tak saling bertegur sapa tapi sekarang aku malah numpang dibalik badannya. Duuuh...malu pisaaaaaaaaaan.
" Punteun yah Kang..." ucapku berbasa basi sambil naik motornya.
" Iyah mangga gak apa-apa..." ucapnya dibalik helm full face nya.
Diperjalanan aku kaku sekali. Rasanya aku ingin berbasa basi untuk mencairkan suasana, tapi apa...kali ini aku benar-benar kikuk.
" Kerja di bank juga?" tiba-tiba saja suara kekar itu terdengar dari balik helm
" Oh...em...bukan...di konsultan, Kang dimana? " agak sedikit kikuk juga aku mengucap kata 'kang' karena aku takut orang itu tak terbiasa mendengarnya. Habisnya aku bingung mesti memanggil teman-teman Teh Cit itu dengan panggilan apa. 'Mas' rasanya bukan khas sunda jika kupilih itu. Jadi kuputskan untuk menyebut mereka dengan panggilan 'kang'.
"Kerja di bank...sama dengan Citra, tapi beda lokasi bank nya."
"Oh.., sudah lama kerja disana?"
"Lumayan, sudah enam tahun..."
"Wah betah juga yah disana.."
"Hehehe..."
Enam tahun!. Pikiranku langsung melayang mendengar kata itu. Kerja sudah enam tahunan, belum lagi kuliah mungkin sekitar tiga atau empat tahunan...lalu sejauh apakah perbedaan umurnya denganku?? yah...mungkin aku memang sangat muda dibandingkan mereka semua. Waktu Kang Anta itu tau aku baru lulus kuliah tahun kemarin dia begitu terkejut. Yah...mungkin dia tidak menyangka kalo orang yang ada dibelakangnya ini masih sangat ABG dibandingkan mereka.
"Makasih yah...." ucapku ketika sudah sampai depan kostan.
"Sama-sama...."
Teh Cit berbincang sebentar dengan yang lainnya. Aku hanya mendengarkan dan sesekali melihat HP barangkali ada SMS yang masuk.
" Kapan-kapan..kita boleh jalan-jalan bareng lagi kan neh, Ly" ucap Kang Tyo padaku. Semua mata seolah tertuju padaku. Mereka menunggu jawabanku. Apakah mungkin mereka semua juga berharap kalo aku bisa ikut mereka jalan-jalan lagi?? ah entahlah...yang jelas aku hanya tersenyum mendengar ucapan Kang Tyo tadi.
"Jangan kapok lho....kapan-kapan kita bisa jalan-jalan biar rame nonton atau kemana gitu"
"Hmm boleh-boleh aja seh...kalo gratis mah..." tiba-tiba Teh Cit menjawab. "ya gak Ly?"
"Hehe...iyah..." jawabku malu-malu.
"Boleh gak tuh...??" tanya Kang Tyo pada yang lainnya. Yang lainnya hanya tersenyum.
"Nanti bisa ada gosip baru neh..." tiba-tiba Kang Tyo berkata seperti itu. dan melirik ke arah Kang Anta dan Kang Dian. Teh Cit hanya senyum. Aduh...kok perasaanku jadi gak enak neh mendengar kata-kata itu.
"Ya udah neh dah malem....cepet masuk kalian...assalamu'alaikum" kata Kang Tyo.
Yang lain pun mengucap salam. Aku melihat Kang Anta tersenyum dibalik helm full face yang kacanya terbuka itu dan menganggukan kepala tanda meminta pamit. Sangat sopan.

                              ###

              Setelah cuci muka dan mengganti baju dengan baju tidur, aku langsung menyerbu kasur busa tanpa ranjang yang ada di kamar kostku itu. Sebelumnya tak lupa aku matikan lampu. Hmmm...rasanya hari ini capek sekali karena dari pagi sampai malam aku beraktifitas diluar, jadi rasanya tidurku malam ini akan terasa nyenyak. Kurapikan selimut kesayanganku itu...lalu kupejamkan mata. Tapi....tiba-tiba mata ini bangun lagi. Entah mengapa pikiranku melayang jauh....kembali pada kejadian tadi di perjalanan. Aku jadi memikirkan kata-kata Teh Cit dan Kang Tyo, free...gosip....ditambah senyuman penuh arti mereka..ah apa maksudnya aku benar-benar tidak mengerti. Tiba-tiba saja aku membayangkan sesuatu. Sebuah senyuman. Manis!.

* TO BE CONTINUE *




3 komentar:

  1. asslamualaikum....
    ikut ngopy dulu ah... biar bisa dibaca smbil off...

    BalasHapus
  2. wa'alaikumsalam...
    wah dilarang ngopy tuh...dilarang memperbanyak tanpa izin...nanti kalo org sampe tau siapa pengarangnya bisa-bisa saya banyak fans. he3.

    BalasHapus
  3. nun,,ini based on the true story ya?? hehe

    BalasHapus