Rabu, 27 Oktober 2010

DUNIA KERJA LYA (cerpen ke-2)

Lanjutan "Senyuman dibalik Helm"

            Hari ini waktunya kunjungan klien. Ku pilih beberapa baju yang cocok untuk kupakai hari ini. Baju yang kira-kira cocok untuk bertemu klien. Baju yang bisa dibawa formal tapi terlihat nyatai. Ah..aku bingung...sudah beberapa baju yang aku coba. Kalau kaca di kamar kostku bisa bicara, mungkin dia akan bosan melihatku bergaya depan kaca dengan beberapa baju tapi tak ada satu pun yang jadi kupakai. Fuiiih...

            Setelah sekian lama waktu kubuang hanya untuk memilih pakaian, akhirnya aku memilih juga. Ku tentukan pilihanku pada bajuku berwarna gading kecoklat-coklatan. Baju itu terlihat nyantai tapi bisa dibawa formal. Baju itu dijahit sendiri oleh ibuku. Aku masih ingat saat ibu merancang modelnya lalu meminta pendapatku. Setelah aku setuju, lalu ibu jahit dengan sangat hati-hati. Oh...ibu selalu ingin yang terbaik untuk anaknya. Aku juga ingin seperti ibu yang bisa menjahit, agar aku bisa merancang dan menjahit baju yang aku mau sendiri. Tapi, entah mengapa selalu aja ada halangan untukku belajar menjahit, sehingga keinginanku itu belum juga kucapai.

              Tepat pukul sembilan aku tiba di kantor. Sebuah kantor yang cukup sederhana. Tidak seperti beberapa gedung kantor bertingkat yang menjulang tinggi yang ada disamping kiri dan kanannya. Kantorku lebih sederhana. Kantorku hanya terdiri dari tiga lantai. Lantai satu tempat resepsionis dan ruang menerima tamu. Lantai dua ruang kerja tiap orang, tidak banyak ruangan, karena memang karyawan dikantorku adalah team jadi tak banyak. Dilantai dua juga ruangan bos letaknya. Sedangkan lantai atas adalah ruangan rapat. Sangat sederhana bukan?? yah...itulah kantorku. Kantor tempatku bekerja tidak hanya untuk mencari  uang, tapi juga mencari pengalaman dan ilmu baru. Kantor yang sangat aku cintai karena suasana kekeluargaan yang sangat akrab didalamnya. Walaupun sangat sederhana...tapi jangan salah...dari kantor yang sangat sederhana inilah tercipta berpuluh-puluh juta keuntungan. Bukan hanya bagi kami pegai kantor tapi juga bagi keuntungan klien kami.

            Saat aku tiba, kantor masih terlihat sepi, mungkin jalanan yan gmacet membuat mereka terlambat. Aku yang tinggal ngekost tak jauh dari kantor tidak pernah merasakan kemacetan itu. Aku berjalan keruanganku, Ruangan yang sangat sederhana, yang didalamnya hanya ada meja, kursi tempat aku duduk, dua kursi didepan mejaku dan satu rak buku berukuran sedang yang terletak dibelakang kursi dudukku.

              Tok...tok...tok....
              Tiba-tiba pintu ruanganku ada yang mengetuk tak lama setelah aku masuk.
              "Yah silahkan masuk...."
              "Selamat pagi, Mbak...assalamu'laikum"
              Tiba-tiba dari balik pintu muncul Ary. Dia adalah pengatur jadwal klien yang harus ditemui setiap harinya oleh masing-masing konsultan yan gada dikantor ini.
              "Wa'alaikumsalam...selamat pagi, Ry..."
             "Ini jadwal klien yang harus Mbak temui hari ini beserta alamatnya." Ary menyerahkan satu map padaku.
              "Oh...iya Ry, makasih ya..."
              "Iya Mbak, sama-sama..."
              "Eh iya Ry, Pak Doni sudah datang belum yah?"
              "Belum Mbak, kayanya masih dijalan tuh"
              "Hari ini saya pergi sama Pak Doni kan?"
              "Iya Mbak, nanti Mas Yanto yang nganternya"
              "Okedeh...makasih ya"
              "Iya, mari Mbak permisi....assalamu'alaikum"
              Ary keluar dari ruangan.

              ###

            Mas Yanto, supir kantor, menyiapkan mobil. Lalu aku dan Pak Doni pun menuju tempat klien. Hari ini aku baru pertama kali bertemu klien ditempatnya. Maklum aku baru satu bulan ini bekerja disini. Sebelumnya aku bekerja disebuah katering makanan khusus diet dikawasan Sukabumi. Selama satu bulan ini  aku baru belajar beberapa file klien yang sudah pernah bergabung dengan kami sebelumnya.

            Perusahaan kami adalah perusahaan jasa konsultan katering. Perusahaan yang memberikan konsultasi pada pengusaha kulineri yang memiliki masalah dalam usahanya, baik dalam manajemenya, SDM nya, sistem penjualannya, menu yang ditawarkan dan sebagainya. Contohnya saja Anugerah Restauran. Restauran yang terkenal dan memiliki banyak cabang itu, menggunakan jasa kami saat ada salah satu cabangnya yang mengalami masalah dengan manajemennya. Sehingga kami melakukan perekrutan manjemen oprasional yang kami latih dan posisikan dicabang Anugerah Restauran tersebut untuk memperbaiki keadaan. Kami pun ikut mengawasi kemajuan dan setiap stiap perubahan yang terjadi disana.

            Contoh lain Mawar Katering. Sebuah katering besar yang mengadakan penyediaan makanan bagi salah satu pabrik swasta besar di Bandung, memeitna kami untuk memberikan pelatihan HACCP pada setiap karyawannya. Selain itu, masih bayak klien kami lainnya yang pernah bergabung. Selain di Bandung, klien kami pun banyak yang berasal dari luar kota maupun luar propinsi. Sehingga kami sering keluar kota untuk bebrapa hari menemui klien dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

             Tak sampai setengan jam perjalanan, kami pun sudah sampai di tempat klien. Karena tempat klien kami saat ini kebetulan tidak jauh dari kantor. Klien kami ini adalah Mie Kocok Si Jago. Sebuah warung  mie kocok yang cukup besar. Tapi masih memeiliki sedikit pelanggan.

             Ketika kami masuk, warung itu nampak sepi. Hanya ada sepasang muda mudi yang sedang lahap menyantap semangkuk mie kocok. Ketika kami bertanya tentang Pak Yogi, sang owner, seorang karyawannya bilang bahwa beliau sedang keluar sebentar dan akan segera kembali. Maka kami putuskan untuk menunggu sambil duduk di salah satu meja konsumen yang ada disana.
            
             Pak Doni, salah satu konsultan diperusahaan kami, sama sepertiku, melihat beberapa menu mie kocok yang ada, nampaknya dia tertarik untuk mencobanya sambil menunggu.
             "Kita cobain dulu yuk, Ly?"
             Pak Doni lalu memberikan menu itu padaku. Aku lihat beberapa. Cukup menarik juga. Kebetulan tadi pagi aku hanya sarapan sebungkus roti kecil. Jadi sekarang sudah merasa keroncongan lagi.
             "Bapak pesan yang mana?"
             Pak Doni menunjuk menu yang akan dipesannya.
             "Lya yang ini aja deh"
             Ku tunjuk menu yang aku pilih.

             Pak Doni memanggil pelayan dan memesankannya. Tak lama pesanan kami pun datang. Kami segera menikmatinya. Hmmm...cukup enak. Tapi rasanya sama saja dengan mie kocok yang lainnya tak ada yang instimewa. Hanya tempatnya saja yang berbeda. So...Mie Kocok Si Jago...apanya yang jago???

             Mie kocok yang kami pesan sudah habis. Tapi Pak Yogi klien kami belum juga muncul. Pelayan pun datang meminta izin untuk mengambil mangkuk-mangkuk kotor di meja kami. Ku ambil buku ditasku, untungnya tadi aku sempat menyelipkan buku bacaan dalam tas. Jadi saat seperti ini bisa menolongku agar tak bengong.

             Pak Doni tiba-tiba berdiri. Nampaknya yang kita tunggu sudah datang. Aku memang duduk membelakangi pintu masuk, jadi aku tak tahu siapa saja yang memasuki toko. Lalu aku pun berdiri dan membalikkan badan. Aku sangat terkejut melihat sosok Pak Yogi. Aku kira panggilan 'pak' menunjukkan kalau sosok itu sudah tua tapi kali ini aku salah. Pak Yogi sang owner Mie Kocok Si Jago itu masih muda. Umurnya mungkin sekitar dua puluh tujuh atau dua puluh delapanan. Masih muda sudah mempunyai usaha sendiri, hebat. Diam-diam aku tertarik untuk mencoba buka warung juga.

            Tak banyak basa-basi, Pak Doni dan aku langsung berbicara soal kerja sama kami. Lebih tepatnya Pak Doni yang berbincang. Aku hanya banyak diam dan mencatat poin-poin yang penting, karena pertemuan pertama dengan klien ini aku memang hanya bertugas memperhatikan cara kerja senior agar suatu saat aku bisa dilepas tanpa contoh. Setelah Pak Yogi menyampaikan masalah yang ada pada usahanya, kami pun pamit pulang agar kami bisa segera menyusun rencana dan strategi penyelesaian apa saja yang harus Pak Yogi lakukan dalam usahanya. Sebelum pamit, kami berniat akan membayar mie kocok yang tadi kami pesan. Tapi Pak Yogi mencegah, "Udah gak usah Pak, anggap saja itu sampel buat Bapak dan Mbak biar bisa mencicipi produk kami. Sehingga kalo nanti ada perbaikan bisa dimasukkan pada kerja sama kita." Alhmadulillah dapat makan gratis. Hehe...

             ###

            Mas Yanto menjalankan mobil dengan pelan. Diluar hujan sangat deras. Untungnya hujan itu turun disaat aku dan Pak Doni sudah naik mobil. Ku tengok hujan diluar dari jendela mobil. Deras sekali turunnya. Trotoar jalan dipenuhi oleh orang-orang yang ikut berteduh. Mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Kasian mereka. Mungkin mereka ingin segera sampai ditempat tujuan tapi hujan deras menghalangi. Kulihat mereka satu-satu. Basah dan kedinginan. Tiba-tiba mataku tertuju pada satu orang. Nampaknya aku mengenalnya. Baju dan jaket yang dikenakannya basah. Aku tatap orang itu baik-baik. Dia berteduh bersama orang-orang didepan sebuah toko yang sedang tutup. Lengan kananya memegang helm yang juga basah terkena hujan. Yah...aku memang mengenalinya.


TO BE CONTINUE....

2 komentar:

  1. boleh pasang komen kan mbak.. hehehe... :-)
    narasinya udah jalan cuman ada yang nggak tertaut dari satu titik ke titik lain..

    BalasHapus
  2. oh tentu saja boleh...itu kan buat kemajuan saya juga kedepannya..

    maksdnya tidak tertaut gimana ya? saya kurang paham? mungkin mksdnya ada kalimat yg kurang nyambung dr satu kalimat k kalimat lainnya gt yah??
    okeh..
    makasih ya ^^

    BalasHapus