Minggu, 07 November 2010

PULANG KAMPUNG (cerpen ke-5)


Tiga bulan berlalu. Tugasku di Mie Kocok Si Jago sudah pada tahap pemantauan hasil saja. Alhamdulillah sudah banyak kemajuan yang sinifikan. Pengunjung sudah lebih banyak yang datang karena jalannya promosi pun sudah baik. Selain itu, para pengunjung pun merasa sangat puas sekali dengan pelayanan para pramusaji yang sekarang sudah maximal dari sebelumnya. Rasa mie kocok pun sudah paten. Tidak ada lagi perubahan rasa karena kelebihan atau kekurangan bahan atau bumbu saat produksinya, karena sudah ada standar resep yang digunakan. Sehingga penggantian orang  yang melakukan produksi pun sudah tidak jadi masalah.

Biaya produksi yang awalnya dikeluhkan karena lebih tinggi daripada hasil penjualan, kini sudah bisa ditekan sehingga hasil penjualan bisa mendapatkan keuntungan yang tinggi. Pak Tama memuji hasil kerjaku karena hasilnya sangat memuaskan klien. Aku bersyukur karena hal itu, walaupun sampai saat ini aku belum bertemu lagi dengan Pak Yogi sang owner Mie Kocok Si Jago karena beliau sedang sibuk keluar kota setiap aku berkunjung ke kedainya.

Saat ini Mie Kocok Si Jago pun sudah siap membuka banyak cabang dibeebrapa daerah di kota Bandung. Tidak ada rencana pembukaan cabang diluar kota Bandung karena Mie Kocok Si Jago ini akan dijadikan kuliner khas kota Bandung yang tidak ditemui dikota lain.

Pak Tama memberikanku hadiah cuti selama satu minggu dan bonus uang sebagai apresiasinya terhadap kinerjaku yang sangat memuaskan. aku sangat senang sekali mendapatkannya karena aku bisa berbagi pada keluarga.

              ###

Hari ini aku berencana pulang ke rumah dikota asalku, Tasikmalaya. Sudah empat bulan semenjak sibuk diberikan tanggung jawab Mie Kocok Si Jago aku belum pulang. Sekarang  untuk selain melepas rasa kangen yang sudah menggunung pada keluarga aku juga ingin berbagi rizki bonusku pada kedua orang tua dan kakakku tersayang.

"Aduh...aduh...si eneng geulis nembe uih..." sambut ibuku sambil memelukku sesampainya aku dirumah.
(aduh aduh neng cantik baru pulang)
"Ibu damang?" tanya ku sambil mencium tangan kanannya.
(ibu sehat?)
"Alhamdulillah pangestu, meuni sono pisan ibu ka neng teh..."
(alhamdulillah baik sekali, kangen banget ibu sama neng)
"Hehe...muhun bu, Lya oge sono pisan ka ibu sareng ka bapak. Eh..bu, ari bapak mana?"
(Hehe..iya bu, Lya juga kangen banget sama ibu dan bapak. Eh, bu...kalo bapak mana?)
"Aya itu nuju solat lohor dikamar.."
(ada itu lagi solat dzuhur dikamar)
"A Iki mana bu?"
"Ke uih dameul na sonteunan.."
(nanti pulang kerjanya sore an)

          ###

Setelah berkumpul untuk makan malam bersama diruang makan dan berbagi cerita pada keluarga, aku duduk diteras belakang. Melihat pekarangan belakang rumah yang ditumbuhi tanaman hias yang segar dan terawat. Ibuku memang paling senang menanam tanaman hias dan merawatnya. Udara malam kota Tasik menusuk pori-pori kulitku. Aku lihat langit yang cerah malam itu. Terlihat bulan dan bintang menghiasinya.

Tiba-tiba a Iki duduk disampingku. Menemaniku menikmati dinginnya udara malam. A Iki adalah kakakku satu-satunya. Rizky Rasikh nama panjangnya. Rasikh adalah nama bapak. Semua anak diberi nama belakang Rasikh. Sama seperti namaku, Shalya Rasikh.
"Gimana kerjaan kamu neng lancar?" tanya a Iki.
"Alhamdulillah a, lancar. Sekarang juga Lya cuti hadiah dari bos atas keberhasilan pekerjaan Lya..he"
"Wah...syukur alhamdulillah atuh, ade a yang cantik ne punya prestasi kerja..."
"Hehe..berkat doa ibu, bapak dan a juga...makasih y a. Eh, kerjaan a gimana?"
"Alhamdulillah sekarang a sudah mulai betah kerja di bank"
A Iki memang baru satu tahun ini kerja di bank. Sebelumya dia bekerja di perusahaan asuransi.
"Neng...a mau nikah..."
Tiba-tiba a Iki memebrikan kabar gembira.
"Wah...ka saha a? jadi ka Teh Sofie temen SMA tea?"
(wah...ke siapa a? jadi k teh sofie temen SMA itu?)
"He em. Hehe..."
"Asyik Lya nanti jadi punya teteh...hore!"
Aku sangat senang mendengar kabar gembira ini. Karena aku sangat menginginkan kakak atau ade perempuan sebagai teman cerita dirumah. Tapi aku hanyalah anak bungsu dari dua bersaudara. A Iki kakakku lebih tua tiga tahun dariku. Walaupun begitu, aku sangat bersyukur sekali punya kakak seperti a Iki yang sangat menjaaga dan menyayangiku.
"Tapi...." a Iki memotong kebahagiaanku.
"Tapi naon a?"
(tapi apa a?)
"Tapi neng heula nu nikah na!"
(tapi neng dulu yang nikahnya!)
"Hah?!? naha eneng??"
(hah??kenapa eneng?)
"Neng...a sayang banget sama neng. Neng ade a satu-satunya. A gak mau menikah dan mengalihkan tanggung jawab a yang tadinya menjaga neng jadi menjaga istri. A tau, jika sudah menikah a masih bisa menjaga neng. Tapi...nanti akan beda statusnya neng. A pingin sebelum a menikah, sudah ada seseorang yang a percaya bisa menjaga dan melindungi neng, adik a satu-satunya yang sangat a sayang. Neng ngerti kan?"
"Hmmm...." aku hanya mengangguk lemas tanpa kata-kata.
"Neng sudah ada calon??"
Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu.
Ya Allah...bagaimana ini, jangankan calon. Seseorang yang sedang dekat saja belum ada. Kang Anta??! ah...aku tak tahu perasaannya. Aku hanya tahu perasaanku saja yang menyukainya. Aku tak tahu apakah perasaan ini terbalaskan atau hanya sebelah tangan.
"Neng...tong bengong atuh!"
"Hah...enggak, mm...cuman...mm..."
Aku benar-benar bingung.
"Neng..neng....tong ngabohong atuh ka a teh. A tau kok, neng sudah punya calon. Dan a sangat yakin dia orang yang baik buat ade a nu geulis ieu..." ucap a Iki sambil mencubit pipiku.
"Aduh...sakit atuh a..."
"Hehe...eta pipi meuni asa makin cubby wae atuh neng!"
(itu pipi serasa makin chubby aja neng)
"Wios atuh...tambih manis! hehe..."
(biarin dong, tambah manis..hehe)
"Huu...dasar nengku sayang..." a Iki mengacak-ngacak rambutku.
"Aah...a, udah nyisiran ieu teh!"
(aah...a, udah disisir ini tuh)
"Ah...pake kerudung ini kalo keluar, jadi acak-acakan ge teu nanaoun we atuh...hehe"
(Ah...pake kerudung ini kalo keluar, jadi berantakan juga gak apa-apa dong...hehe)
"Huuu..." aku protes sambil membereskan kembali rambutku.
"a..."
"Hmm...?? naon?"
"Yang tadi maksud na naon?"
"Nu mana?"
"Eta...calon...???"
"Dih...kura-kura dalam perahu. Pura-pura tidak tahu."
"Ih...ari aa, mau kura-kura kek atau lumba-lumba kek, Lya gak tau!"
A Iki tak menjawab pertanyaanku. Dia hanya tersenyum dan mencium keningku.
"Sudah malem...bobo sana!"

          ###

"Neng...sini ibu bapak mau ngobrol!" a Iki berteriak dari ruang tivi.
"Iya a...bentar."
aku segera keluar kamar dan duduk diatas a Iki.
"Euleuh....euleuh...kira-kira atuh neng, da ayeuna mah neng teh udah gede. Gak bisa lagi duduk diatas a. Berat tau!"
"Neng...eta kasian berat a Iki nya..." ucap ibu yang melihat tingkahku.
"Hehe...iya bu"
Aku turun dan duduk disamping a Iki. Seperti biasa a Iki mengacak-ngacak rambutku. Segera kutangkis tanggannya agar sisiran rambutku tak jadi berantakan.
"Lya...Iki....udah jangan becanda aja!"
"Iya bu ne aa na geura..."
"Kok aa seh?! neng tuh!"
"Udah...udah...bapak mau ngobrol bentar..." tiba-tiba bapak muncul dari kamar.
"Neng..."
"Iya pak..."
"A Iki mau nikah, neng udah tau?"
Aku melirik a Iki disebelah. Dia menjulurkan lidahnya. 
"Udah pak, a Iki udah cerita."
"Tapi a Iki maunya neng dulu....dan itu bapak juga setuju."
"Kok?!?"
"Ibu juga..." ibu angkat suara.
Aku hanya diam. Tertunduk membisu.
"Neng bilang mau nikah muda?!"
"Iya bu..."
"Nah terus??"
"Terus apanya?"
"Coba sekarang kenalkan pada kami calonnya." kata bapak.
"Nah...itu dia..."
"Itu dia apanya??" tanya a Iki.
"Itu dia belum ada...hehe"
"Hmmm serius neh???"
"Serius a. Gak boong deh!"
"Kalo bapak ada, gimana?"
"Ada apanya a?"
"Ada calonnya dong, gimana?"
"Haha...ah a Iki ini bisa aja deh..." ucapku.
"Apa kata a Iki itu benar neng." bapak membenarkan ucapan a Iki.
"Hah??!"
Aku pandang wajah ibu. Beliau tersenyum dan mengangguk mengiyakan ucapan a Iki dan bapak.
"Neng...kamu itu anak perempuan kami satu-satunya. Amanah kami yang terbesar. Kami menyayangi neng. Kami mau yang terbaik buat masa depan neng. Bapak tau neng gak pacaran demi menjaga diri neng dari pergaulan jaman sekarang yang sudah tidak baik. Dan bapak bangga akan hal itu.
"Neng..." ibu angkat bicara. "kami tidak akan memaksa neng. Semua keputusan ada ditangan neng."
Aku semakin tertunduk mendengar ucapan mereka.
"Sekarang pikirkanlah dahulu matang-matang semuanya. Neng mau terima atau tidak, silahkan. Kami tidak memaksakan."
"Hmm...neng mengenalnya kok" tiba-tiba a Iki membuatku kaget dengan ucapannya.
"Hah...apa a?"
"Neng tau siapa orangnya. Dia bukan orang asing buat neng."
Aku melihat ibu dan bapak. Mereka tersenyum.
"Iya pak?"
"He em" bapak mengangguk.
"Siapa???"
"Yang pasti...dia seseorang yang neng kenal. Dia mengagumimu dan menyayangimu anakku. Dia datang pada bapak, ibu dan a Iki memeitna izin utuk mengenalmu lebih dalam. Dia tau prinsipmu yang tak pacaran. Jadi dia datang kemari untuk memintamu pada kami. Dia datang kemari untuk menunjukkan keseriusannya terhadapmu. Bapak menyukai itu."
"Siapa pak?? kasih tau Lya..."
"Dia sudah beberapa kali datang kesini. Bersilaturahmi dengan kami. Mencoba mengenalmu lewat keluargamu. Bukankah itu yang kamu mau neng?" ucap ibu.
Aku mengangguk.
"Iyah bu, itu yang Lya mau selama ini. Jika ada yang mau serius dengan Lya, Lya mau dia tidak hanya mendekati Lya tapi juga keluarga Lya. Lalu siapa orang itu, bu? jangan buat Lya semakin penasaran."
"Kami tidak akan memberi tahu neng. Karena dia sendiri yang akan memberi tahu."
"Hah???"
"Tunggu saja, dia pasti datang."

         ###

Tak terasa waktu cutiku sudah hampir berakhir. Rasanya baru kemarin sore aku sampai dirumah. Aku masih betah disini. Berkumpul dengan ibu dan bapak serta bermanja pada a Iki. Tapi besok pagi aku sudah harus kembali bekerja sehingga sore ini aku harus sudah berangkat ke Bandung.

Selama di bis aku hanya melamun. Mencoba menebak kemungkinan orang itu. Orang yang mengagumiku dan punya niat yang benar-benar serius sehingga berani mendatangi keluargaku tanpa sepengetahuanku. Pantas saja a Iki bilang aku sudah punya calon. Ya Allah...siapakah orang itu?!? mungkinkah Kang Anta??? ah entahlah....

           ###

TO BE CONTINUE cerpen ke-6 "SIAPAKAH DIA??!"


2 komentar:

  1. nun..cerpennya udah bagus!!
    bikin novel atuh..
    nanti mira orang pertama yang beli :)

    BalasHapus
  2. bener yah mir???
    hahaha
    doain aja yah...
    mira kn tw dr dulu n2n pengen jd penulis. amin
    pnya link penerbit gak???
    promosiin atuh...
    hehehe

    BalasHapus