Kamis, 04 November 2010

SEMANGKUK MIE KOCOK (cerpen ke-4)

Lanjutan " Nonton "

Segera ku buka sms yang masuk, berharap ada sebuah kata yang menyatakan nama seseorang yang aku harapkan didalamnya.
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Ini pak Tama, nomor baru.
Berhubung besok saya mau ke jakarta,
meetingnya saya majukan jadi jam 8 pagi.
Sekian, Terima Kasih

Huffth...ternyata harapanku pun musnah. Rupanya sms yang masuk itu adalah dari Pak Tama, bosku. Bos yang tidak pernah bersikap ngebos karena beliau sangat akrab dan perhatian pada setiap karyawannya. SMS nya khas orang tua pada kebanyakan, tulisan tanpa disingkat. Walaupun umur beliau sudah empat puluh lima tahun, tapi gaya dan penampilan beliau terlihat masih tiga puluh lima tahun.

         ###

Pukul setengah delapan pagi aku sudah berada diruanganku. Pak Tama dan Pak Doni nampaknya masih diperjalanan, karena ruangan mereka aku lihat masih sepi. Hanya terlihaseorang OB yang sedang membersihkan ruangan. Sedangkan Teh Hana konsultan senior yang juga akan ikut meeting pagi ini baru saja datang tak lama setelah aku sampai.
"Ly, meetingnya dimana?" tanya Teh Hana sesampainya didepan ruangannya yang letaknya berhadapan dengan ruanganku.
"Kayanya biasa Teh, diatas"

Aku sedikit canggung dengan Teh Hana karena dia termasuk orang yang serius. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah pekerjaan. Kalau memang tidak terlalu penting dia tidak akan bicara. Itu sangat bertolah belakang denganku yang bawel, seneng ngomong dan bercanda biar suasana gak kaku. Setidaknya itulah yang dikatakan teman-teman dekatku tentang aku. Tapi..beda halnya jika bertemu oran gbaru yang belum aku kenal apalagi kalau bertemu orang serius seperti Teh Hana, hmm..langsung deh jadi pendiam tanpa suara.

Tak lama Pak Tama dan Pak Doni pun datang. Tanpa mengundur-ngundur waktu, kami semua langsung menuju ruangan meeting dilantai tiga.Karena Pak Tama dikejar waktu untuk berangkat ke Jakarta, jadi meeting pun dilakukan dengan cepat. Pak Tama hanya memebritahukan bahwa proyek kerja sama kita denan salah satu instalasi gizi rumah sakit swasta di Jakarta berhasil. Selain itu, kerja sama dengan Mie Kocok Si Jago pun sudah ditandatangani. Jadi sekarang kami semua perlu kerja extra untuk menjalankan proyek yang alhamdulillah saat ini sedang banyak. Proyek instalasi gizi, Mie Kocok Si Jago, Katering Lezat dan tiga proyek lainnya di Bogor. Untuk proyek instalasi gizi Pak Tama meminta Teh Hana untuk bertanggung jawab. Katering Lezat Pak Doni dan aku diberikan tanggung jawab untuk Mie Kocok Si Jago. Sedangkan untuk tiga proyek di Bogor, Pak Tama sendiri yang akan menanganinya karena beliau sangat berpengalaman dalam menjalankan proyek ini.

Setelah selesai meeting, aku segera melihat surat perjanjian kerja sama dengan Mie Kocok Si Jago yang tadi diberikan Ary. Kubaca dengan seksama agar aku bisa mempelajari setiap tahapan yang harus aku lalui. Selain itu, aku juga membuat catatan prioritas apa saja yang harus aku kerjakan nantinya.

         ###

"Pagi Teh Lya.."
Sapa Asep salah satu karyawan Mie Kocok Si Jago. Sudah hampir satu bulan aku bulak balik kantor -  kedai Mie Kocok Si Jago untuk melakukan tugasku membuat SOP dan standar resep. Jadi, hampir semua karyawan disana sudah mengenalku.
"Pagi Asep..."
"Mau liat produksi lagi ya Teh?" tanya Asep.
untuk membuat SOP dan standar resep aku memang perlu melihat produksi pembuatan bahan setengah jadi Mie Kocok Si Jago ini.
"Iyah...biasa we Sep, belum beres..he"
"Langsung ke dapur aja ya Teh..."
"Siiip..."

Setelah mencatat semua yang aku perlukan, aku menuju kedepan, ruang penyajian dan pemesanan mie kocok. Aku lihat pengunjung ada yang datang. Ku lihat pramusaji melayani pelanggan masih belum maksimal, jadi besok sepertinya aku akan memberikan sedikit pelatihan pada mereka.
"Gimana Ly, sudah beres semua?"
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku dari belakang. Aku menoleh, rupanya ada Pak Yogi sang owner Mie Kocok Si Jago. 
"Eh bapak...belum pak, masih ada yang harus saya awasi lagi, ini mungkin sedikit yang sudah saya kerjakan selama satu bulan ini..." kutunjukan beberapa kertas rancangan SOP dan standar resep yang sudah aku buat. Pak Yogi melihatnya dengan seksama.
"Oke...bisa Lya jelaskan sedikit yang sudah Lya awasi disini apa aja dan kira-kira apa saja yang harus diperbaiki nantinya!"
"Jadi gini pak...bla bla bla"
Aku menjelaskan semua apa saja yang sudah aku lakukan selama satu bulan disana dan kira-kira apa saja yang akan aku buat SOP nya. Aku juga menyampaikan niatku untuk melakukan pelatihan pelayanan pada pramusaji besok siang.
"Oh gitu..bagus tuh" Pak Yogi menyambut baik rencanaku.
"Hari ini say amau ngurus pajak, jadi silahkan saja dilanjutkan yah..."
"Oh iya pak, terima kasih"
Pak Yogi meninggalkanku. Aku melihat pak Yogi dari belakang sampai beliau tak terlihat lagi. Pak Yogi orangnya sangat stylis. Setiap hari aku melihatnya pakai jeans dan kaos selayaknya laki-laki muda jaman sekarang. Umurnya memang masih dua puluh delapan tahun. Mungkin pantas sekali kalau aku memanggilnya Mas Yogi daripada Pak Yogi. Tapi pekerjaan mengharuskanku memanggil setiap klien dengan panggilan pak atau ibu tidak perduli semuda atau setua apapun kami tersebut. Aku sangat suka melihat penampilan Pak Yogi, apalagi ditambah dengan stelan rambutnya yang diberi minyak dan disisir jari keatas terlihat basah dan fresh. Menarik sekali untuk dilihat.

Dulu Pak Tama pernah menjodohkanku dengan Pak Yogi, untungnya Pak Yogi tidak tahu sehingga aku bisa bekerja santai dan tidak kaku ketika bertemu beliau.
"Ly, lumayan tuh.."
"Lumayan apanya pak?"
"Yogi!"
"Pak Yogi maksudnya?"
"He em"
"Emang kenapa pak?"
"Lumayan buat jadi calon suami kamu. Udah orangnya pekerja keras, mau berusaha, baik eh plus ganteng lagi!"
"Ah...bapak ini bisa aja, kita kan kesini buat penandatanganan kerja sama pak, bukan cari suami"
"Yah kan sekalian dong..." jawab Pak Tama "biar kamu cepet nikah, kan konsultan yang belum nikah tinggal kamu " tambahnya lagi dengan mukanya yang ngeledek.
"Hehe..."
Aku hanya tersenyum malu ketika Pak Tama bilang begitu. Yah...aku memang paling muda diantara konsultan lainnya, dan satu-satunya yang masih single. Aku memang berniat untuk menikah muda. Aku ingin menikah diusiaku yang ke dua puluh tiga tahun. Tapi...diusiaku yang kini sudah dua puluh dua tahun lebih satu bulan aja aku masih belum dekat dengan laki-laki untuk serius. Jangankan dekat, menemukan laki-laki yang tepat saja belum. Yah...namanya juga jodoh...Allah yang mengatur.

"Teh Lya..."
Tiba-tiba suara Asep mengagetkanku.
"Eh...iyah Sep"
"Ngelamun ajah atuh...mau minum ga?"
"Hehe...boleh deh"
Aku mengambil sebuah botol minuman dingin yang diberikan Asep, lalu aku duduk dikursi pelanggan yang kosong untuk mengistirahatkan sejenak kakiku yang dari tadi berdiri dan jalan-jalan saja. Sedangkan mataku  melihat-lihat pengunjung yang datang. Sejenak mataku terdiam pada satu pengunjung, rasanya aku menalinya. Aku pun berdiri untuk menghampirinya.
"Kang Anta...??!"
"Eh Lya...beli mie kocok juga?"
"Enggak...Lya lagi kunjungan aja disini"
"Oh ini salah satu klien kamu?"
"Hehe iyah"
"Sudah berapa lama?"
"Sudah satu bulan ini Lya bulak balik kantor sini"
"Owh.."
Jujur..aku seneng banget bertemu Kang Anta.
"Udah makan?"
"Hmm..belum"
"Kebetulan..." ucap Kang Anta dengan senyumnya yang manis "temenin aku yah..."
"Ha...tapi..."
"Udah gak ada tapi tapi...ayo duduk sini"
Kang Anta menggeser kursi yang ada didepannya agar aku duduk disana. Aku pun duduk dengan terpaksa. Terpaksa tapi dengan hati berbunga. Hehe....Gimana gak berbunga coba jika orang yang kita suka mengajak kita makan bareng walaupun hanya sekedar semangkuk mie kocok. Ah...rasanya mimpi saja dia ada didepanku sekarang. Cuman aku dan dia. Tanpa Kang Dian, Kang Tyo dan Teh Cit.

Sambil makan kami banyak berbincang. Mulai dari masalah pekerjaan hingga masalah keluarga. Ternyata Kang Anta itu anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya perempuan, umurnya lebih muda dua tahun darinya tapi sudah melangkahinya untuk menikah.
"Terus kapan neh giliran Kang Anta?" tanyaku memancing.
"Yah...kalo udah ketemu yang cocok sih kenapa enggak..." jawabnya "sekarang sih beluma ada" tambahnya lagi.
Hmmm...ada rasa senang ketika ku mendengar jawaban terakhir itu, karena itu tandanya Kang Anta sepertiku, single!
"Kalo kamu Ly?"
Deg...sekarang aku mulai gugup.
"Hmmmm...idem" jawabku singkat.
"Hahaha....emangnya ngisi essay, idem!"
"Hehe..."
"Ada yang lagi deket?"
Kugelengkan kepala sambil tersenyum.
"Ada yang disuka?"
Deg...pertanyaan itu menambahku tambah gugup. Seandainya dia tau kalau jawabannya adalah dia, Anta!
"Enggak juga..." jawabku ngeles
"Kalo akang gimana?
Dia hanya tersenyum memandangku tanpa jawaban.

Setelah selesai makan, Kang Anta menuju kasir untuk membayar yang telah dipesan tadi. Setelah selesai, dia kembali menghampiriku.
"Makasih ya, Kang"
"Sama-sama...eh, masih disini apa langsung pulang?"
"Lya mau ke kantor"
"Bawa motor?"
"Enggak...nanti hubungin kantor minta supir jemput sini"
"Oh...kalo gitu gak usah hubungi kantor"
"Lho..kenapa?"
"Supirnya kan dah ada"
"Wah mana?" aku menengok tempat parkir mencoba mencari Mas Yanto, supir kantor.
"Aku!"
Aku menatap Kang Anta tak percaya. Astagfirullah....aku langsung membuang pandangan kebawah. Tak baik seseorang memandang bukan muhrimnya lama-lama. Apalagi jika punya rasa lain. Aku jadi salah tingkah.
"Itu motorku...aku tunggu disana" Kang Anta menuju tempat parkir. Dengan sedikit ragu, aku pun mengikutinya dari belakang.

         ###

Lima belas menit kemudian kami sampai di depan kantorku.
"Ini toh kantormu, Ly?"
"Iyah..."
"Kalo ini sih aku sering lewat..."
"Masa sih? dari mana?"
"Dari rumahku ke kantor kan lewat sini"
"Owh...Eh Kang, makasih yah buat mie dan sopirnya..hehe"
"Siip...he"
Setelah sedikit berbasa basi, Kang Anta pun pamit. Aku pun masuk kantor dengan wajah berseri.
"Mbak, kesambet apa?" tanya Ary ketika melihatku.
"Mau tauuuuuuuuuuuu ajah!"
Aku langsung menuju ruangan dengan muka yang masih berseri-seri. Bayangan tadi di mie kocok terus berputar seperti sebuhan video klip yang sedang diputar.
"Lya..ada apa?"
Tiba-tiba suara Teh Hana membuyarkan bayanganku.
"Ada perlu apa?" Teh Hana mengulang pertanyaannya.
"Hah...?!?"
Aku tak mengerti ucapannya.
"Lya...kamu masuk ruangan saya ada perlu apa?"
UpzZz...aku salah masuk!!!




TO BE CONTINUE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar