Kamis, 25 November 2010

SIAPAKAH DIA?!? (Cerpen ke-6)

Lanjutan "Pulang Kampung"

"Pulang cuti lama kok ngelamun!" ucap Pak Doni saat melihatku melamun diruangan.
"he..he.."
"Oleh-olehnya mana neh?"
"Lho emang gak kebagian ya pak?"
"Mana???"
"Itu lho Lya taro diatas meja depan"
"Gak ada ah..."
"Wah kalo gitu anda belum berutung, Pak...he"
"Huuu..."
Pak Doni cemberut sambil kembali berjalan keruangannya. Hubungan kami memang sangat dekat. Walaupun  umurku sangat jauh lebih muda dari pada beliau tapi kami seperti kawan yang satu umur saja, tak ada rasa canggung.
Kring...kring...
Hapeku berbunyi. Aku lihat nama panggilan masuk "Bapak". Segera kuangkat.
"Assalamu'alaikum pak..."
"Wa'alaikumsalam neng geulis...udah makan?"
"Alhamdulillah udah pak, tadi. Bapak tos tuang?"
"Alhamdulillah parantos. Besok kerja sampe jam berapa, Neng?"
"Hmmm...wah kurang tau tuh pak. Bisa jam tiga atau jam empatan. Kenapa neh Pak?
"Kalo besok Neng pulang cepet, bisa?"
"Insya allah...nanti Lya usahakan. Ada apa neh pak?"
"Hmmm...Neng mau tau kan dia siapa..nah besok dia mau langsung menyampaikan niatnya langsung ke neng"
"Hah??!"
"Besok bapak sms tempatnya yah"
"Ta...tapi..."
"Tapi apa neng geulis?"
"Kok bapak yang sms tempatnya? Kenapa gak dia langsung?"
"Setelah neng tau siapa orangnya...nanti juga dia berani sms langsung."

                 ###


"Ly...hari ini mie kocok Si Jago pemantauan terakhir kan?"
"Iya pak..."

"Mau kesana kapan?"
"Insya allah ba'da dzuhur...."
"Sudah bertemu lagi dengan pak Yogi?"
"Belum pak, beliau masih ada urusan diluar kota setiap Lya kesna. Mudah-mudahan hari ini ada."
"Oke...saya harap kamu bisa bertemu langsung dengan beliau...karena hari ini, hari terakhir kerja sama kita."
"Insya allah pak"

            Aku pun keluar dari ruangan pak Tama dan kembali ke ruanganku. Segera ku persiapkan laporan terakhir yang akan ku serahkan pada pak Yogi hari ini. Setelah selesai makan siang dan shalat dzuhur, aku segera berangkat menuju kedai Mie Kocok Si Jago. Karena Mas Yanto sang supir sedang mengantar Pak Doni ke klien lain, jadi hari ini aku naik angkutan umum.

"Eh Teh Lya...udah lama gak keliatan.." sambut Asep
"Hehe....iya sep gak sesering dulu, kan udah tinggal pematauan saja sekarang"
"Iya teh, alhamdulillah sekarang pengunjung banyak terus...selain itu gak ada lagi over stock kaya dulu..he"
Aku lihat sekeliling. Ke arah pengunjung yang datang. Memang lebih ramai dari pada waktu awal aku kesini. Aku pun tersenyum. Ada rasa senang yang aku rasakan karena telah berhasil membantu masalah klien.
"Eh sep...pak Yoginya ada?"
"Wah...belum keliatan tuh Teh...ada juga Bu Sari tuh didalam"
Bu Sari adalah ibunya Pak Yogi. Orangnya baik sekali. Waktu aku masih sering bolak balik kantor kedai, kami sering bertemu dan mengobrol bersama. Beliau sudah seperti orang tua sendiri. Tapi semenjak hanya proses pemantauan saja, aku jarang bertemu beliau lagi.

            Aku menuju kedalam. Mencoba mencari Bu Sari seperti yang Asep bilang tadi. Tapi, tak kutemukan Bu Sari disana. Aku hanya melihat beberapa karyawan yang sedang mengerjakan tugasnya. Akhirnya akupun kembali keluar menuju tempat Asep berada.
"Mana Bu Sarinya??? gak ada!"
"Emang didalam gak ada Teh? Tadi mah ada da"
"Gak ada ah"
"Bu Sari tadi keluar sama Pak Yogi" tiba-tiba ada karyawan lain yang memberiahu
"Udah lama?"
"Belum lama juga Teh...tapi keliatannya buru-buru."
"Owh gitu..."

Tit...tit...tit...
Hapeku berbunyi. Tanda sms masuk. Segera kulihat. Sms dari bapak. Isinya memebritahu alamat suatu tempat untuk pertemuan itu. Pertemuan dengan dia. Orang yang membuatku sangat penasaran. Dilihat dari alamatnya seperti alamat sebuah restoran yang aku kenal. Jaraknya tidak jauh dari sini. Bergegas aku menuju kesana.
"Sep...Lya pamit yah. Assalamu'alaikum"
"Oh iya Teh...wa'alaikumsalam"

                ###

            Selama dalam perjalanan, aku merasa gugup. Pikiran tak tentu. Tanganku terasa dingin. Jantungku berdegup kencang. Ya Allah...siapakah nanti sosok yang ada disana..
               Akhirnya aku sampai di alamat tujuan. Benar perkiraanku, sebuah restoran. Restoran seafood. Dengan sedikit ragu, kulangkahkan kaki menuju kedalam. Sesampainya didalam, kuliemparkan mata kesemua sudut ruangan, mencoba mencari sosok yang aku kenal. Tapi tak ada.
"Maaf, anda mbak Lya?"
Tiba-tiba seorang pelayan menegurku.
"Hah??? emm..mm..."
Aku kaget dan bingung. Tapi akhirnya dengan penuh ragu kuanggukan kepala juga.
"Meja anda disebelah sana" dia menunjukkan sebuah meja dekat tembok.
"Ta...tapi...bagaimana kamu tau saya??"
"Oh...tadi ada yang memesan meja lewat telepon. Kemudian berpesan wanita berkerudung bernama Lya akan datang sebentar lagi. Lalu saya liat mbak datang, jadi saya bertanya"
"Ta...tapi saya tak pesan meja kok. Mu...mungkin kamu salah orang..."
Kulihat wajah pelayan itu nampak sedikit ragu mendengar ucapanku.
"Apa nama mbak Shalya Rasikh??"
Aku kaget mendengar ucapan pelayan itu. Bagaimana dia tau nama panjangku.
"Iyah..."
"Berarti saya tak salah orang" wajah pelayan itu kembali cerah "meja itu dipesan atas nama Shalya Rasikh"
"Tapi saya tak pesan"
"Yang pesan tadi suaranya laki-laki, mungkin teman mbak"
"Siapa?"
"Wah kalo itu saya kurang tau, dia tak menyebutkan nama. Dia hanya berpesan "maaf sedikit telat"."
Pelayan itu mengantarku menuju meja, kemudian menggeserkan sebuah kursi untukku duduk.
"Terima kasih" ucapku.
"Sama-sama, mbak....ada yang mau dipesan dulu"
"Oh tidak, biar nanti saja"
"Baiklah, saya permisi dulu"
"Silahkan"

           Sekarang tinggalah aku sendiri duduk dikursi dengan perasaan bingung bercampur penasaran dan jantung yang semakin berdegup kencang. Setiap detik aku hanya melihat sekeliling mencari orang yang aku kenal. Tiba-tiba dari jauh aku melihat tiga orang yang sudah tak asing lagi buatku. Kang Dian, Kang Tyo dan Kang Anta. Mereka baru memasuki ruangan restoran. Tanganku semakin dingin. Jantungku semakin berdegup kencang. Jadi....orang itu Kang Anta?? ah jangan geer dulu...siapa tau Kang Dian atau Kang Tyo..tapi masa iyah seh mereka berdua.... Hatiku semakin gak karuan.
Ketika melihatku, mereka langsung datang menghampiri.    
"Hay Ly...." sapa Kang Tyo diikuti yang lain.
"Ha...hay!" balasku dengan amat sangat gugup.
"Boleh ikut duduk?" tanya Kang Dian.
"Em..bo..boleh"
"Kok mukanya tegang gitu? nyantai aja non." ucap Kang Anta.
"Hah..hmmm...e..enggak ah bi..biasa"
"Udah lama disini?"
"Be...be..lum kok"
Aku berusaha mengontrol diriku agar bisa bersikap relaks dan biasa. Tapi nyatanya itu sulit. Jangankan untuk relaks, untuk bicara lancar saja susah. Jadi aku hanya banyak diam dan menunduk. Sesekali kumainkan HP agar tidak terlalu tegang.

Aku heran, setelah lama aku terdiam, tak ada satu pun dari mereka yang memulai untuk bicara. Mereka hanya diskusi sendiri. Asyik dengan obrolan yang tidak aku pahami. Hanya Kang Anta yang aku lihat sesekali melirik ke arahku. Ya ampuuuuuuun...sampai kapan kaya gini. Kenapa dia tak mencoba untuk membuka pembicaraan. Apa dia malu? atau grogi? ayo dong Kang ngomong...utarakan niatmu padaku. Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba ada seorang pelayan datang menghampiri.
"Ini Mas pesanannya" pelayan itu memberikan beberapa bungkus keresek "terima kasih sudah menunggu" ucapnya lagi.
"Oh iyah, makasih ya" ucap Kang Tyo sambil mengambil kresek-kresek itu dibantu Kang Anta.
"Pembayarannya lewat kassa ya?" tanya Kang Dian.
"Iyah, sebelah sana" pelayan itu menunjukkan posisi kassa. Kang Dian pun berdiri dan berjalan menuju kesana.
"Lya....duluan yah, pesanan kami sudah jadi neh..." ucap Kang Tyo
"Hah..???!?"
 jadi mereka kemari untuk mengambil pesanan?? gubrakzzZz!!!
"Ka..kapan kalian pesan?"
"Oh..kami pesan tadi lewat telepon" Kang Anta menjawab.
"Tadi diluar, kami sudah melihatmu dari kaca, karena kamu sendiri jadi kami temani sambil menunggu pesanan kami jadi" Kang Tyo menjelaskan
Entah bagaimana raut wajahku saat ini. Aku tak bisa membayangkannya. Setelah lama berperang dengan rasa grogi dan degupan jantung yang kencang melihat mereka menuju ke arah mejaku ditambah menunggu mereka yang asyik diskusi sendiri. Tapi ujungnya mereka hanya sekedar "menunggu pesanan". Hufffthhh....
"Orang yang kamu tunggu belum datang Ly?" tanya Kang Anta
"Oh..ah..emm..belum"
Tadinya aku kira orang itu kamu Kang...ucapku dalam hati.
"Hmm..pantas belum pesan apa-apa"
"Ya sudah kami duluan yah.."
Aku hanya tersenyum dan melihat mereka berlalu sampai tak bisa terlihat lagi.

          Perasaanku semakin kacau. Hati semakin gak karuan. Pupus sudah harapanku kalo orang itu adalah Kang Anta. Lalu siapa dia?. Sampai kapan aku harus menunggu seperti ini.
"Lya..." sebuah suara menyapaku. Aku melihat sumber suara. Rupanya Bu Sari.
"Eh...Bu Sari..." aku berdiri dan langsung mengambil tangannya untuk kucium.
Dari belakang, aku lihat Pak Yogi. Kebetulan sekali beliau disini, aku bisa menjelaskan tentang pemantauan Mie Kocok Si Jago dan hasil akhir kerja sama kita. Dari pada menunggu lama orang yang tak pasti dengan perasaan gugup, lebih baik aku persentasi sebentar pada Pak Yogi dan Bu Sari.
"Assalamu'alaikum Pak, sudah lama tak jumpa" sapaku.
"Wa'alaikumsalam, iyah neh."
Ku persilahkan mereka duduk dimejaku.
"Sepertinya bapak sangat sibuk akhir-akhir ini sampai susah saya temui."
"Hahaha.." Pak  Yogi tertawa renyah. "biasa saja.."
"Urusan diluar kotanya sudah selesai neh Pak?"
"Hmm...maksudnya?"
"Itu lho pak, tiap saya ke kedai, anak-anak bilang bapak sedang keluar kota"
"Oh itu..hehe...belum, justru akan saya selesaikan sekarang"
"Pasti persiapan pembukaan cabang baru ya Pak?"
Pak Yogi tersenyum dan menjawab "persiapan pembukaan hidup baru.."
"Hahahaha...bapak ini ada-ada saja..."
"Hahaha...saya serius lho."
Bu Sari tersenyum melihat obrolan kami. "Kemarin kamu pulang kampung ya Ly?"
"Iya bu, kumpul bareng keluarga"
"Gimana orang tua sehat?"
"Alhamdulillah sehat bu..."
"Oya bu, pak, kebetulah bapak dan ibu ada disini jadi saya bisa menjelaskan sedikit tentang hasil pantauan dan hasil akhir dari kerja sama kita" aku mulai mengambil kesempatan untuk membicarakan hasil pekerjaanku yang belum sempat aku sampaian pada mereka.
"Oh boleh...." ucap Pak Yogi.
"Kemajuan di kedai sangat signifikan lho Ly, ibu sangat berterima kasih."
"Oh iya bu...sama-sama. Kami juga mengucapkan terima kasih sudah mau bekerja sama dengan perusahaan kami."
"Jadi begini bu, pak, bla bla bla" aku mulai mejelaskan secara rinci. Mempersentasikan hasil akhir yang sudah aku kerjakan disana. Mulai dari keadaan awal pertama kami datang, proses perubahan dan akhirnya pemantauan akhir. Bu Sari dan Pak Yogi sangat antusias mendengarkanku. Sesekali kulihat Pak Yogi tersenyum memandangku.
"Wah...bagus, kami sangat puas sekali" Bu Sari mengomentari.
"Terima kasih, kami ikut senang atas kepuasan klien. Karena itulah tugas kami sebagai konsultan katering."
"Saya senang kedai bisa kerja sama dengan konsultan katering apalagi konsultan yang menanganinya  seperti kamu, Ly"
"Hehehe....Bu Sari ini bisa saja"
"Itulah sebabnya kenapa saya membutuhkan konsultan seumur hidup" tiba-tiba Pak Yogi angkat suara.
"Maksudnya, Pak??" aku tak paham.
Pak Yogi hanya tersenyum memandangku. Aku melihat Bu Sari, beliaupun tersenyum dan mengangguk kearahku.
"Bapak mau memperpanjang kerja sama dengan kami seumur hidup?"
"Tadi saya bilang kan konsultan. Konsultan itu bisa menunjukan profesi seseorang kan bukan badan bergerak perusahaannya saja?"
Aku makin tak paham, penjelasan Pak Yogi itu terlalu berbelat belit menurutku.
Pak Yogi tersenyum, lalu menjawab lagi "bukan dengan 'kami' tapi dengan 'kamu'."
Hahh??? aku kaget. Sejenak aku tak bisa mengontrol raut wajahku yang merasa kaget. Ja...ja...jadi..o..orang itu...
"Sayalah orang yang kamu tunggu." Pak Yogi menjawab seolah mendengar pertanyaan dalam hatiku.


TO BE CONTINUE  cerpen ke-7 "Dilema"




3 komentar:

  1. neeeezz.. aku jadi ikut deg-degan bacanya.
    :D ditunggu lanjutannya..

    BalasHapus
  2. hhe...bagus,emang bakat jd penulis.

    BalasHapus
  3. emmm...makin sini tulisannya smakin bagus!!
    sama kaya zahra,,mira juga deg-degan bacanya:)
    jangan lama-lama ya posting lanjutannya!!

    BalasHapus